Entri Populer

Monday 7 November 2011

abc


Mpok Anahku Sayang
(by: buddick296@yahoo.com) 

 

Pembaca, aku ingin berbagi pengalaman pertamaku bercinta dengan wanita. Ini terjadi saat aku baru duduk di bangku SLTP kelas 3. Waktu itu aku tinggal di pinggiran kota Jakarta yang masih banyak penduduk Betawinya. Di sebelah rumahku tinggal keluarga Betawi, anak lelaki bungsunya teman bermainku. Dia mempunyai 3 orang kakak perempuan. Yang akan aku ceritakan di sini adalah kakaknya yang bernama Anah. Seorang janda beranak satu. Usianya saat itu kira-kira 38 tahunan. 

Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. Oh iya, sebelum aku lupa, mpok Anah ini orangnya hitam manis dengan payudara lumayan besar (mungkin ukuran 36C). Entahlah, aku sendiri saat itu tidak tahu persis, karena masih "ingusan". Yang aku tahu, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya. 

Seperti orang Betawi jaman dulu pada umumnya, mpok Anah ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma mengenakan bra saja dan rok bawah. Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si mpok dalam "mode" seperti ini. Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk bergairah melihat tonjolan payudaranya yang hanya ditutupi bra. Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pantatnya. Pinggul dan pantatnya bulat dan bentuknya "nonggeng" di belakang. Kalau berjalan, pantatnya bergoyang sedemikian rupa membuat gairah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda. 

Pembaca, mpok Anah ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa mpok Anah ini memang "nakal" sehingga tidak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya. Mpok Anah ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperjakaanku (saat itu aku memang masih perjaka, belum pernah sekalipun merasakan wanita, pacaranpun baru sebatas mencium dan memeluk saja). 

Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Udin, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. Tapi di belakang rumahnya itu, ada mpok Anah yang sedang duduk di kursi dekat sumur (sumurnya masih pake timba). 

Aku bertanya ke si mpok, "Pok, Udin ada?". 
"Kagak, dia ikut baba (Bapak) ama nyak (Ibu) ke Depok." jawab si mpok. 
"Wah, jadi mpok sendirian dong di rumah?" tanyaku basa basi. 
"Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran." sahut si mpok. 

Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu. 

"Duduk dulu dong Wan, ngobrol ama mpok ngapa sih." katanya. 

Akupun duduk di kursi sebelah kirinya, si mpok sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya tidak ada suami yang betah sama dia. 

"Si Amir mana pok?" tanyaku menanyakan anaknya. 
"Diajak ke Depok." sahutnya pendek. 
"Mau minum nggak Wan?" dia nawarin anggurnya. 

Entah kenapa, aku tidak menolak. Bukannya sok alim pembaca, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri. Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan mpok Anah. Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. Dan aku mulai terpengaruh alkohol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat mpok Anah belum terpengaruh. Gengsi. 

Aku mulai memperhatikan mpok Anah lebih teliti (terutama setelah dipengaruhi alkohol murahan itu). Pandanganku tertuju ke toketnya yang hanya ditutupi bra hitam yang agak kekecilan. Sehingga toketnya seperti mau meloncat keluar. Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata mpok Anah manis juga. Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku. 

Merasa diperhatikan si Mpok membusungkan dadanya, membuat penis remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk toket kirinya sambil memperhatikan reaksiku. Tentu saja aku belingsatan dibuatnya. Sambil menggaruk toketnya perlahan si Mpok bertanya. 

"Wan kok bengong gitu sih?" 
Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, "Abis tetek Mpok gede banget, bikin saya napsu aja." 

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya. 

"Kalo napsu, pegang aja Wan. Nih," katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan. 
"Diemut juga boleh Wan." tambahnya. 

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Mpok Anah. 

"Boleh pok?" tanyaku lugu. 
"Dari dulu kan Mpok udah pengen buka "segel" Irwan. Irwannya aja yang jual mahal." katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya. 

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket Mpok Anah saja. 

"Waan." tegur Mpok Anah. 
"Apa Mpok?" tanyaku sambil menengadah. 
"Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Irwan, jilatin pentil Mpok, terus diemut juga. Ayo coba" Mpok Anah mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku. 

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Ku dengar Mpok Anah mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata. 

"Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gigit pentil Mpok Wan, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja." pinta si Mpok. 

Akupun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si Mpok menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia mencium bibirku dengan penuh gairah. Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan. Getaran yang diberikan Mpok Anah melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. Aku terbawa ke awang-awang. TIdak hanya itu, Mpok Anah menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun. Terakhir lidah Mpok Anah menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang Mpok Anah berikan ini. 

Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, "Remes-remes tetek Mpok dong Waann." Aku menurutinya, dan kudengar desahan si Mpok yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens. 

"Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan." 

Lalu diapun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Mpok Anah yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Lalu Mpok Anah kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan. Aku jadi mengikuti permainan lidah Mpok Anah, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan Mpok Anah yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Mpok Anah tadi. 

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim Mpok Anah. Tapi Mpok Anah menahan tanganku. 

"Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng." Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku. 
"Pook, Irwan pengen pook." pintaku. 
"Pengen apa Waan," tanya Mpok Anah menggodaku. 
"Pengen liat itu." kataku sambil menunjuk ke selangkangan Mpok Anah yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis. 
"Pengen liat memek Mpok?" Mpok Anah menegaskan apa yang kuminta. 
"Iya pok." jawabku. 
"Itu sih gampang, tinggal Mpok singkapin rok Mpok, udah keliatan tuh." kata Mpok Anah sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua. 

Dan kulihat segunduk daging di balik CD biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik CD itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan memek, tapi aku yakin kalo gundukan memek Mpok Anah sangat montok alias tembem sekali. Dan Mpok Anah memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda. 

"Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau." kata Mpok Anah sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya. 

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Mpok Anah. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya. 


Mpok Anah menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu mpok Anah mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. Mpok Anah melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Lalu mpok Anah menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya. 

"Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat memek mpok?" 

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Mpok Anah kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal CDnya saja yang masih tersisa. Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam mpok Anah. Betapa montoknya gundukan memek mpok Anah. 

Lalu mpok Anah berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, mpok Anah mulai menurunkan CD sehingga terlepaslah sudah. Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi memek mpok Anah cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku. 

Benar saja, memek mpok Anah sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya. 

"Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan," kata mpok Anah. 
"I iya pok," sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan mpok Anah. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke memeknya. 
"Niih, puas-puasin deh liatin memek mpok, Wan." kata mpok Anah. 

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny. 

"Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil mpok?" pancing mpok Anah sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas memeknya. 
"Mm.. Mmau pok. Mau banget." kataku antusias. Lalu tangan mpok Anah menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke memeknya. "Ya udah cium dong kalo gitu, itil mpok udah nggak tahan pengen Irwan ciumin, jilatin, gigitin." 

Dan bibirkupun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan mpok Anah semakin keras menerpa hidungku. Mpok Anah mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Lalu kejilati itilnya dengan semangat, tidak hanya itilnya, tapi juga bibir memek mpok Anah yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat mpok Anah mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat. 

"Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh.." 

Suara rintihan dan desahan mpok Anah membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian memek mpok Anah. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir memek mpok Anah. Tangan mpok Anah menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan mpok Anah. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali. 

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat mpok Anah, lalu ku jelajahi lorong memeknya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. Luar biasa, rupanya memek mpok Anah membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku. Tubuh mpok Anah menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar. 

Tapi itu tidak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging memek mpok Anah. Desahan mpok Anah semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat mpok Anah terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, mpok Anah mengejang dan mendesah lebih keras. 

"Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan.." 

Tapi, putaran pinggul mpok Anah terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke memeknya. Dan kurasakan di dalam memek mpok Anah ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku. 

Desahan mpok Anah seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata mpok Anah sedang mengalami orgasme. Dan pantat mpok Anah berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari memek mpok Anah. Mpok Anah kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit. 

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di memeknya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, mpok Anah merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian mpok Anah menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami. 

Lalu mpok Anah melepaskan ciumannya dan berkata, "Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. Mpok puas. Ayo sekarang giliran mpok." 

Mpok Anah bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, mpok Anah mengecup bagian tubuhku yang terbuka. Dan saat semua kancing sudah terlepas, mpok Anah mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya. Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan mpok Anah bekerj membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. Sekarang aku hanya tinggal mengenak CD saja. Mpok Anah menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut. 

Lalu CD ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga mpok Anah lebih mudah melepaskan CDku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan mpok Anah mulai menggenggam tititku dan mengelus serta mengocoknya perlahan. 

"Lumayan juga titit kamu Wan. Gede juga, keras lagi." celetuk mpok Anah. 

Tak membuang waktu, mpok Anah segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala tititku. Dikecupnya kepala tititku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, lalu batang dan turun ke.. Bijiku. Semua dilakukannya sambil mengocok tititku dengan gerakan halus. Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang mpok Anah berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah mpok Anah. 

Setelah beberapa lama, mpok Anah menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan. 

"Udah Wan, sekarang Irwan masukkin kontol Irwan ke memek mpok. Adduhh, mpok udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar mpok awet muda Wan." kata mpok Anah. 

Aku tak mengerti maksud mpok Anah, tapi yang jelas, sekarang mpok Anah kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. Mpok Anah melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian mpok Anah memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah menanti untuk kumasuki. Mpok Anah meletakkan tititku di depan memeknya, kemudian berkata, "Nah, sekarang teken Wan." 

Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan tititku memasuki kegelapan memek mpok Anah. Kurasakan tititku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret. 

"Aagghh.. Pelan dulu Wan," pinta mpok Anah. 

Saat kepala tititku sudah masuk, mpok Anah menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh tititku. Dan akhirnya terbenamlah sudah tititku di dalam memeknya. Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. Kemudian mpok Anah terdiam. DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan tititku seperti disedot oleh memek mpok Anah. Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di memek mpok Anah ini. Tititku seperti dijepit dan tidak bisa kugerakkan. Seperti ada cincin yang mengikat tititku di dalam memek mpok Anah. Aku agak bingung, karena aku tidak bisa bergerak sama sekali. 

"Mpok, apa nih?" aku bertanya. 
"Enak nggak Wan?" tanya mpok Anah. 
"Iya pok, enak banget. Apaan tuh tadi pok?" aku kembali bertanya. 

Mpok Anah tidak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian mpok Anah melepaskan jepitan memeknya pada tititku. 

"Sekarang kamu gerakin keluar masuk titit kamu ya Wan." perintah mpok Anah. 

Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan tititku keluar masuk di lorong kenikmatan mpok Anah. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk mpok Anah. Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena nafsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat. Dan mpok Anah mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku. Putaran pinggul mpok Anah membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku. 

"Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann.." desah pok Anah. 

Aku tidak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu "motor"ku menerobos kegelapan di lorong mpok Anah. Lalu mpok menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku tidak bisa bergerak leluasa. 

"Wan, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam mpok." perintahnya. 

Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun mpok Anah mencium bibirku dan lidahnya mengajakku berpagutan kembali. 

"Mpok udah mau keluar lagi nih wan, kita barengin ya sayang, mpok tanggung pasti enak deh." kata mpok Anah. 

Tubuh mpok Anah diam, namun kurasakan tititku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa memek mpok Anah. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan memek mpok Anah terus saja mengemuti tititku membuatku merem melek. Dan akhirnya aku benar-benar tidak kuat menahan lahar yang mendesak itu. 

"Mpookk.. Adduuhh.. Sayaa.." aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, tapi mpok Anah rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klimaksku. 
"Tahan Wan, mpok juga mau nyampe nih, Barengin ya Wan." kata mpok Anah. 

Aku tak peduli, karena aku tidak bisa menahannya, dengan erangan panjang, aku merasakan tititku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan tititku dalam-dalam ke memek mpok Anah, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam memek mpok Anah. 

"Mpookk.. Aagghh.." 

Croott... Crroott... Mpok Anahpun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan memek mpok Anah, semprotan air maniku bercampur dengan banjirnya air mani mpok Anah. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan. Pinggul mpok Anah bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. Memeknya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak selaki lahar yang kumuntahkan di memek mpok Anah, ditambah lahar mpok Anah, rupanya tidak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari memek mpok Anah dan turun ke belahan pantatnya. 

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, tititku masih terbenam di memek mpok Anah. Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, mpok Anah tersenyum, lalu menciumku. 

"Kamu hebat banget Wan. Baru pertama aja udah bisa bikin mpok puas. Gimana nanti kalo udah jago." kata mpok Anah. 
"Pok, Ma kasih ya pok. Enak banget deh tadi pok." kataku. 
"Sama-sama Wan, mpok juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?" tantang mpok Anah. 
"Mau dong pok, siapa yang nggak mau memek enak kayak gini." jawabku sambil mengecup bibirnya. Dan kamipun kembali berpagutan. 


Service Plus

----------------

Aku memenuhi panggilan untuk service komputer di kantor pelangganku di daerah perumahan mewah. Karena hari sudah menjelang sore dan hari itu adalah sabtu, maka di kantor itu tidak ada lagi orang kecuali seorang sekretaris yang memang ditugaskan untuk menungguku. Dia mengenalkan diri dengan nama Mariska, dan minta dipanggil dengan Kika saja. Namanya lucu, selucu orangnya yang memang berwajah cantik imut- imut, polos tapi terkesan sensual. Dandanannya sangat sederhana, yaitu dengan blouse hitam pendek dan rok mini abu-abu serta sepatu tinggi terbuka, namun sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Apalagi dengan postur tubuhnya yang tinggi dan ramping, makin menampakkan keindahan kakinya yang jenjang. 
Kika menemaniku sambil mengobrol selama aku bekerja, sehingga kami cepat akrab. Keakraban ini yang membuat sikapnya santai dan cuek dengan duduk seenaknya di pinggir meja komputer, sehingga terkadang memancing mataku untuk memandang kemulusan pahanya yang mulus di balik rok mininya yang super pendek itu. Peniskupun mulai berontak di balik celana, dan cukup membuat konsentrasiku agak buyar. Namun aku berusaha menutupinya dengan mempercepat pekerjaanku. 
Setelah selesai kupersilakan Kika duduk di kursi untuk mencoba komputernya, sementara aku mengambil kursi dan duduk di sampingnya sambil memberi instruksi cara mengeceknya. Cukup sabar dan serius Kika mengecek satu persatu software yang ada sambil meng-copy kembali file-file dari disket backup ke hard disk yang membuatnya cukup berkeringat, apalagi AC di ruangan tsb sudah mati sejak semua karyawan pulang. Aku kemudian memberanikan diri utk menawarkan memijat bahunya. 
"Kika mau nggak dipijat"?, kataku sambil menggeser kursiku ke belakangnya.
"Dari tadi kek nawarinya..., ayo cepet mulai..", jawab Kika sambil menegakkan badannya. Kedua tanganku kunaikkan dan mulai memijat pelan bahunya.
"Enak banget deh pijetan Mas..., komputernya khan udah di service, nah sekarang orangnya dong di service...", canda Kika.
"Iya deh.., mau service plus juga boleh..", kataku lagi.
"Apa tuh service plus?"..., kasih contohnya dong..", pintanya.
"Wah kesempatan nih", pikirku sambil lebih mendekatkan tubuhku ke kursinya. Tanganku mulai kuturunkan ke samping lengannya dan terus menelusuri tangannya, bukan dengan pijatan tapi dengan menggeser halus jari-jari tanganku. 
"Sssh.., geli deh Mas", rintih Kika yang membuatku makin bernafsu. Apalagi dari jarak yang makin dekat tercium harum tubuhnya yang alami itu. Segera kugeser kursiku ke sampingnya, kuangkat tangannya dari mouse dan mulai kudaratkan bibirku di jari-jarinya yang ramping terus bergeser ke atas. Kika nampak pasrah menyerahkan tangannya kuciumi sambil menggeliat pelan. Penisku kembali menegang merasakan kehalusan kulitnya yang putih bersih dan berbulu tipis itu. Kika menggelinjang hebat ketika ciumanku sampai di siku bagian dalamnya. Belum lagi Kika berhenti mendesah, langsung kupindahkan bibirku ke pipinya dan terus bergeser ke belakang telinganya. Sementara itu, posisiku yang kembali berada di belakangnya memudahkan tanganku bergerilya kembali. Melalui samping badannya, kedua tanganku bergerak perlahan ke depan hingga menyentuh kedua bukit dadanya. 
"Mmh.., mmh..", rintih Kika ketika jari- jari tanganku kuputar-putar di sekitar buah dadanya yang masih terbungkus lengkap. Dari situ saja bisa kubayangkan bentuk buah dadanya yang indah. Tidak begitu besar tapi terasa kencang, bulat padat dan masih tegak. Sambil lalu kuremas-remas lembut kedua bukitnya, bibirku kuturunkan lagi ke samping lehernya yang jenjang. Kulitnya yang berkeringat melicinkan jalannya bibir dan hidungku menelusuri hingga ke tengkuknya yang bebas karena rambutnya yang diikat ke belakang. Harum parfum bercampur keringatnya di kulit tengkuknya yang halus dan berambut tipis itu kuhirup habis-habisan, sehingga membuat Kika makin sering menggeliat kegelian. 
"Mas.., udah Mas.., gelii..", kata Kika yang kemudian maju melepaskan diri dariku dan memutar kursinya menghadapku.
"Liat nih, sampai merinding semua..", katanya sambil menjulurkan tangannya ke depan.
"Itu belum mulai Cik, sekarang coba deh kamu duduk di meja". Kika langsung menuruti perintahku duduk di pinggiran meja lalu menyilangkan kakinya. Rok mininya yang pendek itu tersingkap sedikit dan membuatku yang duduk di depannya terpana melihat kemulusan pahanya. Aku mendekatkan diri lalu kutarik satu kakinya dan kutaruh ujung kakinya di atas pahaku.
"Kaki Kika bagus sekali ya", kataku sambil kuusap lembut lututnya dan terus ke bawah hingga punggung kakinya yang masih bersepatu. 
Pelan-pelan kulepas sepatunya dan kupegang kakinya dengan tangan kiriku, sementara jari-jari tangan kananku kumainkan di seluruh permukaan kulit kakinya. Tak pernah kulihat kaki seindah ini. Kulitnya halus, putih, dan mulus. Kukunya polos tak dikutek, menampakkan kebersihan jari-jari kakinya. 
"Geli ih.., mau diapain sih Mas", Tanya Kika yang nampak masih bengong.
"Khan kalau mau diservice musti dari ujung kaki dulu", jawabku sambil mendaratkan bibirku ke punggung kakinya lalu kugeser pelan ke arah mata kakinya.
"Sssh.., nikmat sekali Mas..", rintih Kika yang kayanya baru pertama kali diperlakukan seperti ini. Dari rintihan menjadi gelinjangan ketika lidahku ikut berputar-putar sepanjang samping kakinya. Aroma khas kakinya itu membuatku makin bernafsu menjelajahi setiap inci kulitnya yang putih bersih dan mulus itu. Kuangkat kakinya lebih tinggi dan kujilat panjang berulang-ulang telapak kakinya yang langsung disambut erangan kenikmatan. Digerak-gerakkannya kakinya menghindari kegelian, tapi pegangan tanganku yang cukup kencang membuatnya tak berkutik. Malah jari-jari kakinya yang kemudian kaku menjulur lurus itu memudahkan mulutku mengulum satu persatu jari kakinya yang ramping. 
Kuhisap pelan sambil kuputar lidahku di sekeliling jarinya. Kika makin kelojotan dan merebahkan punggungnya ke meja tanda pasrah menikmati semua itu. Kubuka sekalian sepatu kirinya, dan langsung kuarahkan ke mukaku. Kini kedua kakinya tak ada yang bebas. Jari-jari kaki kirinya bertengger di hidungku, sedang jari-jari kaki kanannya terus kukemot dengan sekaligus memainkan lidahku di sela-sela jari kakinya yang mungil itu. 
Tubuh Kika terus menggeliat menahan kenikmatan. Kulepaskan ciuman dan jilatan di ujung kakinya, dan pelan-pelan kunaikkan menelusuri betisnya yang indah sambil kuangkat tinggi- tinggi kedua kakinya bergantian. Kika tidak peduli lagi posisi rok mininya yang sudah tersingkap jauh ke atas. Yang ada hanyalah pemandangan indah kemulusan paha bagian dalamnya dan gundukan vaginanya yang masih tertutup segitiga CD hitam mini. Kedua tanganku mandahului bibirku yang masih menjalar sepanjang batang kakinya yang jenjang begantian, dengan mengelus naik turun di sepanjang pahanya. 
"Ahh..., ssshh", desah Kika kegelian waktu tanganku mulai menyentuh halus CD- nya pas di depan vaginanya. Ternyata CD-nya sudah basah merasakan seranganku sejauh ini. Tanpa menunggu lama, kucari ujung atas CD- nya dan kutarik ke bawah melalui kedua kakinya. Kika yang sudah terangsang tak menolak, bahkan ikut meluruskan kaki agar CD-nya lepas dengan mudah. Begitu juga waktu kedua kakinya kurenggangkan, Kika pasrah saja. Di situlah aku melihat pemandangan indah vaginanya yang berbulu tipis dan labianya yang berwarna merah muda sangat menantang. Walaupun rok mininya masih terpasang, namun sama sekali tak mengganggu kepalaku yang kubenamkan di selangkangannya setelah sebelumnya menyusuri bagian dalam pahanya yang lembut dan mulus itu dengan ciuman dan jilatan lidahku. 
"Aaah.., auww..", erang Kika ketika kukecup lembut vaginanya. Aromanya yang khas dan kebersihan vaginanya itu membuatku makin bernafsu menyerang. Erangan Kika semakin kencang dan sering ketika lidahku mulai menyusuri seputar bibir vaginanya. Pinggulnya bergoyang kian kemari merasakan kenikmatan, dan sesekali punggungnya melengkung waktu jilatanku mencapai clitorisnya. Tangankupun tak tinggal diam dengan membuka kancing blouse hitamnya sehingga bukit dadanya yang masih berbalut BH tipis itu menyembul ke atas. Langsung saja kutangkupkan tanganku di atasnya sambil meremas-remas lembut kedua bukitnya. Kika meronta-ronta merasakan kedua bagian sensitifnya diservice. 
"Aku mau keluar Maaas.., aahh", teriak Kika yang sudah tidak tahan. Kedua tangannya diturunkan ke kepalaku dan menekannya ke arah selangkangannya. Sementara kedua kakinya makin dibuka lebar dengan ujung kakinya mencengkeram kuat ujung-ujung meja. Akupun mengerti kemauannya. Kupercepat jilatan dan hisapan pada clitorisnya, dengan sesekali mengeraskan lidahku yang menusuk- nusuk lubang vaginanya. Tiba-tiba Kika berteriak, " Aaahghh.., aaahh", berbarengan dengan membusurnya punggung Kika ke atas dan membanjirnya cairan vaginanya hingga membasahi wajahku. Kika tergolek lemas membiarkan tubuhnya menelentang di atas meja, sementara aku yang sudah memuncak nafsuku segera membuka seluruh pakaianku dan duduk kembali di kursi dalam keadaan bugil total. 
"Aww.., besar sekali Mas..", kata Kika yang sudah turun dari meja dan melihat penisku menegang.
"Buka bajumu deh Cik", pintaku pelan.
Kika yang memang penasaran ingin tahu semua servisku, menurut saja dengan pelan-pelan membuka blousenya, rok mininya, dan terakhir BH-nya. Kembali terpampang pemandangan indah di hadapanku. Dalam posisi diam berdiri jelas sekali keindahan tubuh Kika yang ramping dengan kulitnya yang halus mulus. Kedua bukit dadanya tidak terlalu besar namun bentuknya sempurna, ranum, bulat, padat, dan masih tegak menantang. Putingnya kecil berwarna merah muda, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Aku menelan ludah memandangnya dan ingin kulumat seluruh tubuhnya. 
Tanpa menunggu lama kutarik tangannya ke arahku dan kusuruh Kika duduk di atas pegangan kursiku dengan menjepitkan kedua kakinya yang jenjang itu ke badanku. Kembali Kika hanya menurut sambil menunggu apa yang akan kulakukan. Posisi buah dadanya persis di depan wajahku, tapi aku belum mau ke sana. Kutundukkan kepalanya dulu dengan tanganku, dan kucium lembut bibirnya. Kumainkan lidahku di sepanjang bibirnya yang mungil sensual itu, lalu masuk ke dalam memilin-milin lidahnya dan keluar lagi memagut mulutnya dengan ganas. "mmph.., mmhh", erang Kika yang agak kaget namun menikmatinya, bahkan membalas melumat bibirku dengan penuh nafsu. Kesempatan ini kupergunakan dengan menurunkan tanganku ke arah dua bukit dadanya, dan langsung meremas serta memilin-milin putingnya yang mungil hingga terasa mengeras di jari- jariku. 
Kika menggeliat tak beraturan merasakan nikmat hingga tubuhnya ditegakkan ke belakang sambil melepas ciumanku. Kini kedua bukit dadanya yang ranum berada kembali tepat di wajahku. Muncul ideku untuk bermain-main dulu dengan menciumi lehernya yang jenjang dan terus ke samping telinganya. Kika menggelinjang kegelian dan membuat hidung dan bibirku terus menjalar ke bahu lalu menerobos ke ketiaknya yang bersih dan tak berbulu itu. Di situ kuhirup sepuas-puasnya aroma ketiaknya yang khas dan alami karena keringatnya yang mengucur deras. Saking gelinya, Kika mengatupkan lengannya hingga kepalaku terbenam di ketiaknya sampai aku sulit bernapas. 
Setelah berhasil melepaskan diri, kugeser bibirku ke pinggangnya yang ramping, dan pelan- pelan beranjak ke arah bukit dadanya yang telah menunggu. Sambil kutahan kedua tangannya rapat ke samping tubuhnya, mulai kujelajahi dengan ciuman & jilatan-jilatan dari bawah buah dadanya, terus ke samping lalu ke tengah di antara kedua bukitnya yang hangat dan licin oleh keringat itu. Kika rupanya sudah tak sabar menunggu bagian paling sensitive di bukitnya diservis. 
"Ayo dong Mas.., isep, please", pintanya sambil memindahkan posisi buah dada kanannya tepat di depan mulutku. Aku memang sengaja menggodanya dengan mendiamkannya sebentar sambil memandang keindahan puting dadanya yang mencuat mengeras itu. Pelan-pelan kupindahkan kedua tangannya menjulur ke depan berpegangan pada bagian atas senderan kursiku sehingga badannya lebih condong ke depan. Kusambut sodoran puting dadanya yang kanan dengan jilatan lidahku yang berputar mengitarinya, baru kemudian kujilat- kujilat panjang persis orang makan ice cream. Kika menggelinjang hebat merasakan kenikmatannya, apalagi tanganku ikut bermain di puting dadanya yang kiri. Jilatanku kemudian berganti dengan hisapan-hisapan halus di kedua putingnya bergantian. 
Goyangan badan Kika yang hebat itu membuat vaginanya beberapa kali menyentuh ujung penisku yang berdiri tegak tepat di bawahnya. Kika melonggarkan jepitan kakinya ke tubuhku sehingga pinggulnya bisa naik turun dengan bebas, dan " blus..", masuklah penisku ke lubang vaginanya yang telah basah, makin lama makin dalam bersamaan dengan rintihan Kika yang agak keras. "Emmh.., ahh", rintihnya sambil menggerakkan badannya yang ramping itu naik turun. Tangankupun tak tinggal diam dengan memegang bongkahan pantatnya yang bulat kenyal, dan membantu mengikuti gerakannya. Kadang kutahan pantatnya agar aku bisa bergantian menusuk penisku dari bawah sementara Kika pasif. Ini membuat Kika makin kuat mengerang menahan nikmat, dan kembali dia mengambil inisatif menggerakkan badannya yang makin lama makin cepat dan liar. 
Sementara itu, buah dadanya yang terlepas dari mulutku nampak bergoyang-goyang dengan indahnya. Kudekatkan wajahku sehingga putingnya selalu bersentuhan dengan hidung atau bibirku setiap kali melewatinya. Kadang kujilat, kadang kutangkap putingnya lalu kusedot sebentar dan kulepas lagi. Kika keenakan merasakannya, bahkan sengaja dicondongkannya buah dadanya ke depan tanda minta selalu dikulum. Tangannya dijulurkan ke belakang pasrah, kaki jenjangnya makin mengangkang, dan goyangan naik turunnya makin menjadi. Tiba-tiba.., " Aaagghh.., aaagh", erang Kika keras bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dengan posisi kepalaku yang didekap erat di antara bukit dadanya. 
Belum lagi Kika beristirahat, kusuruh dia berdiri dan membalikkan tubuhnya ke arah meja dengan tangan bertumpu pada pinggiran meja. Aku kemudian berdiri di belakangnya dan langsung meremas buah dadanya dari belakang, sementara mulutku mulai menjalar ke belakang telinganya dan tengkuknya yang masih berkeringat. Kuhirup seluruh aroma belakang tubuhnya dengan hidungku bergantian dengan jilatan- jilatan liar. Sementara tangan kiriku terus meremas dan memilin-milin pentilnya, tangan kananku menyusup ke vaginanya, sehingga Kika meronta-ronta kenikmatan merasakan tiga permainan sekaligus, yaitu remasan tanganku di buah dadanya, jariku di vaginanya, dan ciuman-ciumanku yang sudah sampai ke sisi pinggangnya. Pantat Kika yang bergoyang-goyang ke sana ke mari membangkitkan minatku untuk menjelajah juga. 
Segera kupindahkan kepalaku dari pinggangnya menuju ke bongkahan pantatnya yang mulus itu dan memulai mencium serta menjilatinya bergantian. Saking nikmatnya, Kika lebih mencondongkan badannya ke depan hingga pantatnya makin mencuat ke atas dan melapangkan jilatan-jilatan panjang lidahku di belahan pantatnya. Setiap sentuhan lidahku pada anusnya, badan Kika bergetar hebat, apalagi dibarengi dengan sentuhan jariku tangan kananku di kelentitnya dan tangan kiriku yang masih meremas gemas buah dadanya. Sekali-sekali tubuhnya bergetar hebat ketika lidahku menjilat panjang berulang-ulang dari vagina sampai ke anusnya. 
Tanpa menunggu lama lagi, kulepaskan semua pekerjaanku dan kugantikan dengan sodokan penisku yang masih menegang ke vaginanya. Kika menjerit kecil, namun pasrah menikmati datangnya nikmat baru, bahkan tanganku juga ditariknya menyusup ke buah dadanya di depan. Sambil memompa penisku makin lama makin cepat, tanganku meremas dua bukitnya yang kenyal itu. Kika rupanya hampir mencapai klimaks lagi. "Mas.., aku mau lagi nih.., aku pengen dari depan aja yah..", kata Kika sambil merintih. Kontan kucabut penisku, membalikkan tubuhnya hingga menelentang di atas meja, dan langsung kumasukkan penisku lagi ke lubang vaginanya yang makin licin. Kakinya yang mengangkang bebas memudahkan pinggulku memompa maju-mundur hingga penisku terbenam seluruhnya yang membuat Kika menggelinjang hebat. 
Ketika gerakanku makin cepat, Kika makin tak tahan dan memindahkan kakinya menjepit pinggangku. vagina Kika menjadi semakin sempit, namun tak mengurangi genjotanku, sampai tiba-tiba, " Uaaaghh.., aggghh", teriak Kika berbarengan dengan jepitan kakinya yang mengencang dan tubuhnya yang melengkung ke atas. Kubiarkan penisku yang masih kencang terbenam di vaginanya sampai pelan-pelan tubuhnya mengendur. 
"Mas koq belum juga sih..", lirih Kika sambil setengah duduk di meja.
"Aku mau keluarin di sini aja boleh nggak Ka?, tanyaku sambil menyentuh bibirnya yang mungil itu.
Mata Kika terbelalak mendengarnya, tapi kemudian menyetujuinya dengan turun dari meja dan langsung berlutut di hadapanku. Kika rupanya ingin membalas servisku dengan mengocok penisku sambil memainkan ujung lidahnya di palkonku. Perlakuannya ini membuatku makin terangsang dan merasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari penisku. Segera kuambil alih kocokannya dengan tanganku, sementara Kika membuka mulutnya lebar tepat di depan penisku. Kupercepat kocokanku, dan.., "Aku keluar Ka.., aghh.., aghh", rontaku bersamaan dengan semburan kencang maniku ke sekitar dan dalam mulutnya. Begitu penisku berhenti menyembur, aku dikagetkan dengan kegelian dan nikmat yang sangat di penisku. Ternyata Kika mengemot penisku dan menyedot dalam-dalam batang penisku seakan mau menyapu semua cairan yang ada di situ. 
Aku kemudian mengangkat tubuhnya dan mengajaknya ke teras belakang untuk cari angin.
"Mau ngapain di teras Mas?", tanya Kika terheran- heran.
"Aku pengen menutup service plusku dengan mandi'in kamu", kataku lagi.
"Gimana mandi'innya?, tanya Kika tambah heran tapi nurut saja ketika kurebahkan tubuhnya di atas kursi panjang tanpa senderan di teras belakang yang sepi itu.
Tanpa menunggu lama, segera kuakhiri serviceku dengan mandi kucing, yaitu dengan menjilat- jilat lembut seluruh permukaan tubuhnya yang bermandi peluh dan berkilat terkena sinar matahari sore yang membuatnya makin indah dengan posisinya yang menelentang pasrah itu. Kika senang sekali dengan perlakuanku itu, dan sambil mendesah kenikmatan dia berjanji akan sering-sering memanggilku, tentunya untuk minta dilayani dengan servis plusku.


Ngentot Mama Temenku

---http://wija.jw.lt--- gudang cerita xxx ---
 
Ini cerita yang kualami kurang lebih 2 tahun yang lalu. Saya adalah seorang siswa SMU swasta di sebuah kota X, nama saya adalah Endy dan saya saat ini berumur 18 tahun. Saya mempunyai suatu kebiasaan untuk melakukan onani, yah mungkin satu kali untuk satu hari. Saya mempunyai seorang teman, bisa dikatakan dia merupakan teman saya yang terbaik, karena hampir setiap hari kami selalu bersama.

Saya memang sering main ke rumahnya dan tentu saja, saya sering berjumpa dengan mamanya. Dapat dikatakan mamanya saat ini kira-kira berusia 36 tahun, tetapi tubuhnya terlihat bagaikan seorang gadis yang berusia 20 tahunan. Yah montok dan padat sekali dan saya memanggil mamanya Tante Nita. Tentu saja saya sering melakukan onani dengan mengkhayalkan mama kawanku ini.
Suatu hari, kami bersama teman-teman sekolah lainnya akan melaksanakan pesta barbeque dan tempat kami berkumpul merupakan rumah dari kawanku ini. Karena masih menunggu teman kami yang belum hadir, maka saya bermain di rumah kawanku ini dengan permainan dadu dengan yang lainnya. Mungkin karena kebetulan saya melempar dadunya terlalu kuat, maka dadu itu jatuh ke arah kamar mama temanku.
Lalu dengan malas dan ogah-ogahan, saya bangkit untuk mengambil dadunya. Tetapi saat akan mengambil dadunya, saya melihat suatu pemandangan yang membuat saya sangat terangsang.
Saya melihat Tante Nita hanya memakai celana dalamnya saja, langsung saja kemaluan saya terbangun dan saya segera berjalan keluar sambil berusaha menenangkan diri. Sambil bermain dadu kembali, saya mengkhayalkan bentuk tubuh Tante Nita yang membuatku sangat terangsang. Tetapi sesaat kemudian, Tante Nita keluar dari kamarnya. Dengan serempak, kami memanggilnya dengan panggilan Tante, tetapi saya tidak berani untuk menatapnya, yah mungkin karena saya malu dan agak sedikit takut mengingat kejadian tadi. Karena temanku sudah memanggil, maka kami menyudahi permainan dadu kami dan kami mulai bergerak ke luar rumah. Sesaat sampai di luar rumah, saya melihat Tante Nita sedang berdiri sambil memandang ke arahku, lalu dia menyuruhku untuk menemaninya ke rumahnya yang lain untuk sekedar mengambil barang bekas. Dengan gugup saya menjawab dengan jawaban �Ya�, lalu Tante Nita mengambil kunci rumahnya dan kami pun berangkat. Sambil mengikutinya dari belakang, saya memperhatikan goyangan pinggulnya dan tentu saja saat ini saya sudah sangat ingin melakukan masturbasi, tetapi karena belum memiliki kesempatan, maka saya diam saja sambil mengkhayalkan sedang bersetubuh dengan Tante Nita. Sesampainya di rumah tersebut, saya melihat rumah tersebut sudah lama tidak dihuni, mungkin saja karena Tante Nita baru saja pindah ke rumah baru. Kemudian kami pun masuk ke dalam. Dengan hati-hati saya memperhatikan sekeliling rumah tersebut. Memang agak berdebu tetapi masih terlihat kalau rumah tersebut rapi. Sesampainya di ruang tengah rumah tersebut, Tante Nita bertanya kepadaku, �Apa yang kamu lihat waktu kamu mengambil dadu yang terjatuh itu tadi..?� Dengan terkejut saya menjawab, �Saya tidak melihat apa-apa, Tante�� Lalu Tante Nita berkata, �Kamu jangan bohong, nanti saya laporkan bahwa kamu berbuat yang tidak senonoh pada Tante..� Dengan terbata-bata, saya menjawab bahwa saya melihat Tante sedang ganti baju, tetapi saya tidak melihatnya dengan jelas. Lalu Tante Nita bertanya lagi, �Apakah kamu ingin melihatnya sekali lagi..?� Seperti mendapat durian runtuh, maka saya menjawab, �Kalo Tante Nita mengijinkan, saya mau Tante.� Sesaat Tante Nita diam, lalu dia menyuruh saya untuk mendekat. Dengan hati-hati, maka saya mendekat padanya, lalu Tante Nita menarik tangan saya dan mencium bibir saya. Tentu saja saya balas dengan ciuman kembali, sedangkan kedua tangan saya diam saja karena sesungguhnya saya dalam keadaan yang sangat tegang. Berbeda dengan tangan Tante Nita, tangannya mulai memegang kejantanan saya dan satunya lagi mulai meremas pantat saya. Kemudian Tante Nita mulai membuka resluiting celana saya dan mulai mengocok kemaluan saya. Saya merasakan kenikmatan karena tangan Tante Nita sangat lembut dan sangat berpengalaman. Karena terbawa perasaan nikmatnya, mata saya mulai tertutup dan mulai menikmati permainan Tante Nita. Belum berlangsung lama permainan kami, Tante Nita menghentikan permainannya, tentu saja hal ini membuat saya keheranan. Lalu saya mulai berani menatapnya dan saya bertanya kepadanya, �Tante, bolehkah saya memegang payudara Tante..?� Sambil sedikit tersenyum, Tante Nita berkata, �Terserah kamu sayang�� Lalu tangan saya mulai meraba payudara Tante, tetapi saya merabanya dari luar saja karena masih tertutup oleh baju dah BH-nya. Karena merasa kurang puas, maka saya bertanya lagi, �Tante, bolekah saya membuka baju tante..?� Dengan sedikit kesal, Tante Nita menjawab, �Kamu boleh melakukan semua yang ingin kamu lakukan, tubuh saya sekarang ini adalah milikmu sepenuhnya.� Dengan terbata-bata saya menjawab, �Terima kasih Tante�� Lalu Tante Nita berkata lagi, �Panggil saya Nita saja, tidak usah lagi sebutkan Tantenya.� Lalu saya menjawab, �Ya, Tante.., eh, maksud saya Nita.� Permainan terus berlanjut, saya mulai membuka kancing baju Tante Nita. Terlihatlah dua bukit kembar yang indah sekali, mungkin ukurannya sekitar 36A. Lalu saya mulai meremas dan mencium payudara Tante Nita dan Tante Nita mulai merasakan kenikmatan dan mengeluarkan suara desahan. �Uuhhh� ahhh..,� Saya mulai membuka ikatan BH-nya dan menyembullah payudaranya. Dengan liar bibir saya mulai menghisap payudara yang di sebelah kanan, sedangkan tangan saya meremas dengan keras payudaranya yang di sebelah kiri. Saya terus menghisap puting payudara Tante Nita kurang lebih 5 menit lamanya. Kemudian saya melepaskannya dan saya melihat putingnya sudah berwarna kemerah-merahan agak hitam. Kemudian Tante Nita mulai turun dan berjongkok di hadapan kemaluan saya. Dengan cepat dia menurunkan celana jeans saya sekaligus dengan celana dalam saya, lalu dia pun membuka mulutnya dan memasukkan kemaluan saya ke mulutnya. Hal ini membuat saya terkejut, kemudian Tante Nita mulai menghisap kemaluan saya dan memainkannya di dalam mulutnya yang membuat saya lupa diri. Tangan saya mulai menjambak rambut Tante Nita dan kaki saya mulai menjinjit karena saya merasakan kenikmatan yang hebat. Kurang lebih 10 menit kemudian, saya merasakan ada yang mendesak keluar seperti saat saya sedang melakukan masturbasi dan saya mulai mengerang, �Aduh, Nita� saya sampai nih, uh� uhhh� uuuhhh�� Dan Tante Nita mulai mempercepat permainannya dan akhirnya saya mengeluarkan cairan sperma saya di dalam mulutnya Tante Nita. Saya merasakan Tante Nita menghisap habis seluruh sperma saya dan menelannya. Dalam sisa-sisa kenikmatan, saya melihat Tante Nita bangkit dan mencium bibir saya, yang tentu saja saya balas dengan ciuman yang hangat dan liar. Hanya dalam hitungan beberapa detik, Tante Nita menekan kepala saya dan saya pun mengerti apa yang diinginkan Tante Nita. Saya mulai berjongkok dan Tante Nita berganti posisi dengan tubuhnya bersandar pada dinding rumah. Dengan perlahan saya menurunkan celana Tante, lalu saya melihat CD warna biru langitnya Tante Nita dengan segunduk daging yang menonjol di antara kakinya, selain itu saya juga melihat CD-nya mulai basah oleh cairan kemaluannya. Tante Nita berkata kepada saya, �Endy, cepat dong� Tante sudah nggak tahan nih�� Dengan tenang saya menjawab, �Iya Nita..,� dan saya mulai memeloroti CD-nya. Saya melihat rambut kemaluan Tante Nita yang sungguh subur tetapi terawat dengan rapi. Sejujurnya, saya sungguh tidak menyangka keindahan alat kelamin wanita ini berbeda dengan yang pernah saya lihat di film-film blue bahkan sangat berbeda. Dengan perlahan-lahan saya mulai menyapu kemaluan Tante Nita dengan lidah saya. Sesudah rambut kemaluannya basah oleh air liur saya, saya mulai memasukkan lidah saya di antara kemaluannya dan saya menemukan sebuah bijian kecil. Dengan lidah saya, saya mulai menjilati biji tersebut, hal ini membuat Tante Nita mengerang keenakan. �Endy.. terus.. Tante merasa nikmat sekali.. ah� ah� uhhh�� desahnya. Karena merasakan Tante Nita yang mulai terangsang, maka saya mempercepat jilatan saya pada bijian tersebut kurang lebih 6 menit Tante Nita menjerit sambil memegang dan menjambak rambut saya. �Uhhh� Tante sampai nihhh� ayo terus Ndyyy� ah� ehmmm� nikmat sekali.� Lalu saya melepaskan permainan lidah saya dan saya melanjutkan dengan tangan saya yang mulai menggosok dan mengocok kemaluan Tante Nita karena saya merasa jijik untuk menghisap air kemaluan wanita tetapi dengan cepat Tante menarik kepalaku dan mengarahkannya kembali ke kemaluannya. Karena ingin memuaskan Tante Nita, maka saya mulai memainkan lidah saya di kemaluan Tante Nita. Akhirnya Tante mengejang dan berteriak, �Ahh� ahhh� auuu� ehmmm� saya sampai.. terus Ndyyy� uhh� ahhh� aahhh�� Saya merasakan ada cairan yang keluar dari kemaluan Tante, maka saya menghisap seluruh cairan tersebut sampai kering dan kemudian saya menelannya. Karena melihat Tante Nita sedang merasakan sisa-sisa kenikmatannya maka saya bangkit dan mencium bibirnya, sedangkan tangan saya meremas payudaranya. Lalu Tante Nita membuka matanya dan tersenyum nakal sambil berkata, �Endy, kamu kurang ajar sekali, bahkan dengan mama kawan baikmu pun kamu berani berbuat begitu.� Dengan terkejut saya berkata, �Tapi Tante, saya tidak bermaksud begitu, kan tante yang�� Belum selesai saya berkata Tante Nita memotongnya dan berkata, �Saya tahu kamu tidak bermaksud begitu tapi kamu sudah melakukannya jadi ya?
? nggak apa-apa deh� tante suka dengan permainan kamu. Lain kali kamu harus melakukannya dengan Tante lagi. Kalo tidak.. Tante akan laporkan kamu sama yang lainnya!� Lalu saya tersenyum dan berkata, �Tante nakal sekali, saya sampai terkejut, tapi Tante jangan khawatir, lain kali saya akan melayani Tante lagi, saya janji Nita.� �Kamu harus ingat janji kamu yah� sekarang kita harus berpakaian kembali, lalu kamu kembali ke teman kamu� kan kamu mau barbeque kan..?�kata Tante Nita kemudian yang sempat membuatku terkejut seperti sadar kembali kalau kami sudah meninggalkan acara pesta. Dengan cepat saya mulai membetulkan pakaian saya dan merapikan rambut saya sambil bertanya kepada Tante Nita, �Tante.., kita sudah pergi berapa lama sih..? Kalo ketahuan gimana, Tante..?� Dengan tenang Tante menjawab, �Kamu jangan khawatir, Tante akan mengaturnya supaya aman.� Lalu kami pun kembali ke rumah Tante Nita yang baru meskipun dalan hatiku masih ada sedikit keraguan. Sesampainya disana, Tante berkata bahwa kami membongkar seluruh rumah untuk mencari kunci lemarinya sehingga memerlukan waktu setengah jam. Sambil bernafas lega, saya menoleh ke arah Tante Nita dan melihatnya tertawa, sungguh menggoda sekali. Beginilah awal kisahku dengan Tante Nita yang merupakan mama dari kawan baikku. Di pesta barbeque bersama temanku, saya merasa sangat tidak tenang bahkan terasa ada yang ingin dikeluarkan. Akhirnya saya pun melakukan masturbasi di kamar mandi, tentu saja sambil mengkhayalkan Tante Nita. Dalam hati saya tentu saja sangat ingin untuk melakukannya dengan Tante Nita, tetapi yah� Hari ini sudah lewat 2 minggu sejak kejadian di malam pesta barbeque itu. Saya sendiri sudah tidak sabar dan frekuensi onani saya malah semakin meningkat, bahkan bisa tiga kali dalam satu hari. Tetapi siang harinya, ketika baru pulang dari sekolah, sesampai di rumah dan duduk di kursi sambil melepas sepatu, saya menggerutu, �Aduh, hari ini kok panas sekali��Tetapi tiba-tiba saya mendengar pembantu saya berteriak, �Mas Endy ada telpon tuh..!� Lalu sambil malas-malasan saya bangkit dan mengambil telepon sambil menjawab, �Halo..?� �Ini Endy yah..?� tanya orang lawan bicara saya. Saya jawab, �Iya, disana siapa yah..?� �Kamu udah lupa yah ama saya..?� dengan logat memancing. Karena merasa dipermainkan, saya mulai emosi dan menjawab, �Disana siapa sih kalo nggak mo bilang lagi saya tutup teleponnya nih..!��Kok marah sih..? Nanti tante laporkan kamu lho dan nggak tante kasih kamu kenikmatan lagi.� kata lawan bicara saya lagi. Mendengar kata-katanya yang terakhir tadi, saya jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu dan saya langsung menjawab lagi, �Oh, ini Tante Nita yah..? Sori Tante gua lagi nggak mood nih� Tante sih main-main aja�� Lalu Tante Nita berkata �Nggak mood yah..? Jadi sama Tante juga nggak mood dong..? Tadinya Tante mo ajak kamu ke rumah Tante nih, abisnya lagi sepi nih� tapi nggak jadi deh..� Dengan cepat saya memotong, �Bentar dulu Tante, kalo Tante sih gua jadi mood lagi nih, emang teman saya (maksudnya anak Tante Nita yang menjadi teman baik saya) nggak ada di rumah yah..?� �Kamu tenang aja deh� pokoknya dari sekarang (saat itu jam 12:30) sampe nanti sore jam 5 kita aman deh� jadi datang nggak..?� tanya Tante Nita. Tentu saja saya menjawab, �Jadi dong Tante.. bentar lagi saya kesana Tante, Tante tunggu yah..!� Setelah itu, saya segera menutup teleponnya seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu. Kemudian saya segera berlari ke kamar dan ganti baju, terus segera keluar rumah menuju rumah Tante Nita, karena dari rumahku ke rumah Tante Nita memerlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki. Karena ingin cepat tiba disana, maka saya naik angkot (angkutan umum perkotaan) saja. Sesampainya di rumah Tante Nita, saya segera memutar ke belakang karena lewat pintu samping rumah Tante Nita lebih aman dan sepi. Kemudian dengan perlahan saya mengetuk pintu dan terdengar Tante Nita menjawab, �Iya, bentar�� lalu Tante Nita membuka pintu dan mempersilakan saya masuk.Di depan saya, Tante Nita berpakaian kaos oblong dan celana pendek putih. Berpenampilan seperti itu tentu saja sama dengan menampakkan BH dan CD-nya yang berwarna hitam secara sengaja kepada saya. Dalam pikiran saya mungkin Tante Nita sengaja membuat saya terangsang, tetapi saya berusaha tetap tenang, yah.. stay cool deh pokoknya. Setelah itu, Tante Nita menyuruh saya mengikutinya dan saya pun berjalan. Tetapi begitu melihat pinggulnya yang bergoyang, saya tidak tahan lagi, segera saya menarik Tante Nita dan menciumnya. Tante Nita pun segera membalas ciumanku dan tangan saya segera bergerak untuk membuka bajunya. Bersamaan dengan itu, Tante Nita berkata, �Jangan di sini dong sayang..!� �Dimana Tante..?� tanya saya. �Di kamar Tante aja�� kata Tante Nita. Lalu saya pun segera menarik tangan Tante Nita dan berkata, �Jadi, tunggu apa lagi Tante..?� Setelah sampai di kamar Tante Nita, saya segera Sementara itu tangan saya segera bergerak aktif untuk meremas buah dada Tante Nita. Tiba-tiba Tante Nita mendorongku dan dengan terkejut saya bangkit, tetapi kemudian Tante Nita segera menarikku dan naik di atas tubuhku sehingga posisi saya sekarang adalah Tante Nita di atas tubuh saya. Saya segera membuka baju Tante Nita sehingga tampaklah buah dadanya yang masih dibungkus oleh BH hitamnya. Saat itu Tante Nita menunduk sehingga sekarang buah dadanya tampak di depan mataku dengan sangat jelas. Untuk menghemat waktu dan karena memang saya juga sudah sangat terangsang, maka saya segera melumat payudara Tante Nita dan melepas BH hitamnya. �Aduh enak sekali, ahhh� uh� sttt�� desahnya yang menandakan Tante Nita sudah terangsang. Karena sudah terangsang maka Tante Nita segera melepas baju dan celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD saja. Kemudian saya berguling ke samping sehingga posisi saya sekarang di atas Tante Nita, lalu saya segera merangkak turun dan melepas celananya sehingga tampaklah pemandangan di depan wajah saya sebuah surga kenikmatan yang masih terbungkus oleh kain hitam. Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya langsung melepaskan CD-nya Tante Nita dan tampaklah kemaluan Tante Nita yang terawat dengan rapi. Sungguh sangat indah dan berbeda dengan yang pertama kali saya lihat dulu. Dengan perlahan saya menjilati permukaan vaginanya dan Tante Nita pun segera mengerang. �Aduh, nikmat sekali� sungguh� geli tapi� ahhh� uhhh� terus Endy�� Segera saya menaikkan permainan saya sehingga tidak lama kemudian Tante Nita pun menjerit, �Aduh saya sampai Ndyyy� segera keluar� ahhh�� Lalu saya segera menghisap bijian di kemaluan Tante Nita sehingga saat cairan kemaluan Tante Nita keluar, segera saya hisap habis dan menelannya. Dalam sisa kenikmatannya, Tante Nita berkata, �Endy� biarkan Tante Nita istirahat yah..? Nanti Tante Nita baru melanjutkannya kembali.� Saya segera menjawab, �Iya Tante�� Setelah beristirahat 15 menit, Tante Nita mulai bangkit dan segera melepas CD saya. Tampaklah kemaluan saya yang masih dalam posisi setengah tiang. Tante Nita segera memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya. Di dalam mulut Tante Nita, kemaluanku segera mengeras hingga dalam posisi yang siap tempur. Tante Nita sungguh sangat berpengalaman dalam menjilati kejantanan pria yang dengan cara menghisap dan kadang-kadang mengigitnya dengan perlahan. Hal ini membuatku sangat terangsang. Karena sudah tidak tahan lagi, maka saya segera menarik tubuh Tante Nita ke atas dan dan membalikkannya. �Tante Nita, saya sudah tidak tahan lagi, sekarang saya masukkan yah Tante..?� tanya saya yang sudah merasa sangat terangsang. Tante Nita menjawab, �Terserah kamu Ndyy.., tapi hati-hati yah soalnya punya tante udah lama nih nggak digunakan..� Dengan pelan dan hati-hati saya mengarahkan kepala kemaluan saya ke dalam lubang kemaluan Tante. Kepala kemaluan saya mulai menyentuh bibir kemaluan Tante Nita, lalu saya menekannya sehingga kepala kemaluan saya sudah terbenam ke dalamnya. Tante Nita segera menjerit, �Aduh� sakit sekali� pelan-pelan Ndy��Tetapi saya sudah tidak perduli lagi, saya segera melanjutkan aksi saya dengan menekan kemaluaan saya lebih dalam lagi dan kepala kemaluan saya juga mulai te
rasa perih karena ini adalah pertama kali saya melakukan hubungan intim. Saya tetap menekan batang kemaluan saya sehingga tidak lama kemudian, seluruh kemaluan saya sudah terbenam dalam kemaluan Tante Nita. Tante Nita lalu mengerang, �Aduh sakit sekali� biarkan tetap di dalam Endy, aduh� ahhh� ehmmm� uh�� Setelah terdiam hampir 5 menit, saya segera menggoyang pinggul saya dengan naik turun secara berirama dan Tante Nita pun mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang membuat saya merasa sangat keenakan. Tante Nita tiba-tiba mengerang secara tidak jelas, �Aduh� sakit sekali, tapi enak sekali, terus Endy�� Saya sudah tidak memperdulikan Tante Nita dan hanya terus memacu kemaluan saya untuk mencapai kenikmatan. Tidak lama kemudian, setelah 8 menit, saya mendengar Tante Nita menjerit kembali, �Aduh� saya sampai Ndyyy� akan segera keluar nih�� Saya menjawabnya, �Sebentar lagi Nita, sebentar lagi� saya juga hampir sampai nih�� Tidak lama, Tante Nita tiba-tiba mengejang dan saya merasakan ada cairan hangat di dalam kemaluan Tante Nita dan Tante Nita mengerang lagi, �Aduh� ahhh� aku sampai Endy� nikmat sekali�� Tidak sampai disitu, selang beberapa detik, saya merasa juga ada yang mendesak keluar dari kemaluan saya dan akan segera meledak. Rupanya saya juga telah mencapai kenikmatan dunia dan saya menjerit, �Saya sampai Tante eh� ahhh� nikmat sekali� Lalu saya segera jatuh dan berbaring di samping tubuh Tante Nita sambil merasakan sisa kenikmatan yang telah kami capai berdua. Setelah beristirahat, kami melakukannya lagi 3 kali dalam tempo yang cepat. Tante Nita dan saya sama-sama mencapai puncak kenikmatan 3 kali. Setelah mandi dan pikiran kami sudah tidak terpengaruh nafsu lagi, Tante Nita berkata padaku, �Tante Nita minta maaf Endy� tadi Tante Nita telah merenggut keperjakaan kamu� sungguh Tante Nita minta maaf..� Tetapi saya segera berkata, �Tidak apa-apa Tante, saya rela kok menyerahkannya pada Tante, sungguh saya sangat menyukai permainan tadi. Tapi Tante Nita harus janji kalo Tante Nita lain kali harus memberikan kenikmatan yang sama lagi kepadaku..!� Sambil tersenyum, Tante Nita berkata, �Iya� Tante sangat senang dengan permainan tadi, Tante janji, Tante bersedia melayani kamu lagi, tapi kamu juga harus membuat Tante merasa keenakan seperti tadi..� dan saya mengiyakannya. Hubungan kami hampir berlangsung selama 2 tahun, tetapi kami melakukannya dengan cara-cara yang tradisional. Saya maupun Tante Nita tidak menyukai gaya-gaya yang terlalu berani seperti gaya anjing maupun yang lainnya. Hubungan kami sekarang meskipun belum diputuskan berakhir, tetapi kami hampir tidak pernah berjumpa lagi, karena saya sudah melanjutkan kuliah di luar kota yang tentu saja dengan anaknya Tante Nita. Hubungan saya dengan Tante Nita sampai sekarang tetap menjadi rahasia kecil kami. Jika saya liburan dan pulang ke kampung halaman saya, Tante Nita selalu meminta bagiannya dan saya pun dengan senang hati melayaninya. Ini merupakan pengalaman yang saya alami sendiri. Meskipun banyak yang kurahasiakan disini, tetapi cerita ini adalah benar-benar terjadi.



Gairah Tanteku

---http://wija.jw.lt--- gudang cerita xxx ---
 
Kejadian ini sebenarnya telah terjadi setahun yang lalu, dimana waktu itu saya sedang kerja praktek di sebuah perusahaan swasta. Waktu itu saya masih duduk di bangku kuliah di suatu universitas di Jogja, pada semester 7 saya harus melakukan magang / kerja praktek di sebuah perusahaan, kebetulan saya mendapat tempat di perusahaan swasta terkenal di jakarta selatan. Wah, kalau saya tinggal disana, biaya hidup pasti tinggi, belum biaya kost, buat makan sehari - hari dan buat yang lain. Maka dari itu, karena saya punya tante yang tinggal di Jakarta, tepatnya di daerah Cilandak, maka saya memutuskan untuk sementara waktu tinggal di tempat itu.

Tanteku ini bernama tante Silvi, umurnya baru 25 tahun, belum lama menikah (kurang lebihnya baru setahun yang lalu). Tetapi karena suaminya yang bekerja di perusahaan pertambangan sering mendapat proyek di luar kota, sampai sekarang tanteku ini belum mendapat momongan. Karena saking sibuknya suaminya itu, terkadang sampai 2 minggu bahkan 1 bulan dihabiskan di luar kota. Tante silvi 
sebenarnya ingin ikut bareng suaminya kalau pas lagi ke luar kota, tapi karena tante Silvi juga seorang wanita karir yang bekerja di bank swasta, maka diurungkannya niatnya itu untuk menjaadi ibu rumah tangga saja, sehingga bisa sering ikut dengan suami kemanapun pergi. Tanteku Silvi orangnya manis, dibilang cantik enggak juga tetapi dibilang jelek ya enggak juga. Wajahnya bulat oriental, punya lesung pipi dan mata yang indah dengan tinggi 160 cm dan rambut lurus seperti bintang iklan shampoo saja, sehingga melihatnya berkali-kalipun tidak bakal bosan. Bodinya itu yang aduhai, mungkin karena belum pernah punya anak ya.. jadi kelihatannya masih bodi perawan.. 

Rencananya aku akan mendapat kerja praktek selama 2 bulan, maka dalam 2 bulan itu aku meminta izin ke tante Silvi untuk sementara waktu bisa menumpang di rumahnya yang kebetulan juga tidak jauh dari lokasi tempat kerja praktekku. Pertama kali datang ke rumah tante Silvi, suaminya akan pergi ke kalimantan untuk menyelesaikan proyek tambangnya selama 2 bulan, dengan wajah yang sedih, tante Silvi melepas kepergian sang suami untuk sementara waktu. Suaminya bilang, �Tenang sajaa ma, kan ada dek Andi yang mau tinggal disini.. ga perlu takut kan ?? jadi ada yang bisa nemenin gitu� Tante silvi cuma mengangguk. Rumah tante Silvi lumayan bagus, ada 2 lantai dan punya beberapa kamar. Tetapi sayangnya pembantunya baru-baru ini pulang kampung sehingga belum ada pembantu penggantinya. Aku dipersilahkan untuk tidur di kamar dekat dengan kamar tante Silvi yang ada di ruang tengah. Kelihatannya sepiii banget rumah ini, jadi aku pikir aku mesti bikin suasana rumah bisa menjadi agak rame.. biar rumah ini gak kayak kuburan saja. 

Seminggu pertama, sepertinya suasana masih biasa-biasa saja, walaupun pas lagi di rumah aku sering nyetel music, nyetel film, ato maen gitar biar nambah rame.. Tapi karena kesibukan tante Silvi sehingga pas pulang kantor langsung makan lalu tidur, ato cuman nonton TV saja terus langsung tidur, Aku jadi kurang akrab dan merasa ga enak saja. Tinggal di rumah cuman berdua, tapi sedikit 
ngobrolnya� Hari jum�at, di akhir pekan aku pulang agak malam. Waktu sampai di rumah, kebetulan tante Silvi juga baru nyampe depan rumah, aku langsung bukain pintu gerbang agar tante silvi bisa langsung masukin mobilnya ke garasi. Hari itu kayaknya tanteku ini lagi suntuk banget, muka sepertinya pucat. Aku langsung berinisiatif buat bikinin teh manis hangat buat tanteku ini, pas tante masuk rumah langsung ia senderan di sofa panjang sambil nyalain TV. Aku datang dan langsung nawarin teh yang aku bikin tadi dan tante silvi langsung meminumnya. Ga lama aku pun ngobrol dengan tante, ga seperti biasanya tante kayak gini.. Jawab tante cuman kecapekan saja. trus aku ngobrol tentang praktek kerjaku di perusahaan itu lumayan, orang - orangnya enak. Sambil nonton TV aku dan tante silvi ngobrol kesana kemari, kasihan juga ya tanteku ini udah nikah tapi serasa hidup sendiri saja.. Ga berapa lama, tukang nasi goreng lewat, dan aku yang emang udah laper dari tadi langsung 
beli dan juga beliin tante yang juga belum makan malam. Sehabis makan, aku langsung mandi. Aku liat tante masih lemes banget, makannya juga ga habis dan langsung ketiduran di sofa. Aku berusaha bangunun tanteku agar segera pindah saja ke kamarnya karena di luar dingin dan banyak nyamuk, tapi karena sudah capek jadi ga bisa dibangunin. Setelah 1 jam, aku berpikir-pikir bat mindahin tante ke kamarnya, tapi ga enak.. trus karena kasihan juga, tanpa pikir panjang langsung kuangkat tante dipindahin ke kamarnya. 

Sewwaktu aku mau meletakkan tante ke tempat tidur, tanteku terbangun dan senyum ke aku, trus bilang �tante tidur di sofa juga gapapa, udah biasa�. Trus aku bilang �lebih baik di dalam saja tante, kan di luar dingin, banyak nyamuk lagi.. � tante trus bilang makasih ke aku. �Oh ya, Ndi, kamu lagi mau ngapain ga ? kayaknya badan tante pegel-pegel nih.. mau ga mijitin kaki tante sebentar..?� tanya tante Silvi. �Hmm,� ya gapapa deh tante, aku belum mau tidur koq..!� Jawabku. Ga lama kemudian aku keluar dari kamar tante, karena tante akan mandi dulu biar agak segeran dikit. Trus ga lama kemudian aku dipanggil ke kamar tante, aku liat tante make piyama yang udah siap untuk tidur, tapi sebelum 
tidur aku disuruh mijitin bahu, tangan, dan kaki tante. �Ndi, tante tolong pijitin bentar ya.. Badan tante Pegel banget nih.., daripada manggil tukang urut, mending kamu aja deh gapapa..�. Aku langsung mijitin tangan tanteku dulu, tanggannya halus� ada bulu bulu halus yang numbuh di tangan, yang bikin aku jadi nafsu aja. Kemudian aku mijitin bahunya, dengan posisi tanteku telungkup. Badan tanteku ini putih bersih dan wangiii banget, ga tau habis make sabun apa, kok wangi banget.. Tante merasa nyaman karena pijitanku ini enak.. sampai-sampai pas belum selesai mijitin kakinya, tanteku sudah tertidur. Aku langsung ngambilin selimut buat tante. Ga lama kemudian aku juga ngerasa ngantuk dan kembali ke kamarku lalu tidur.

Esok paginya aku bangun agak siangan ga seperti biasa, karena emang hari ini hari sabtu dan perusahaan emang libur. Tau-tau di meja makan sudah tersedia teh hangat dan bubur ayam. Pikirku, �Wah, baek banget nih tante, pagi-pagi udah disiapin sarapan. � Sehabis mandi, aku liat tante sudah nonton TV dan nungguin aku buat sarapan pagi bareng. aku langsung diajakin sarapan pagi dan aku lihat tante silvi sudah seger.. dan ga keliatan capek lagi. �Wah.. tanteku udah seger nih.. � kataku.. Tante trus bilang makasih udah mijitin sampe-sampe ketiduran. Sehabis sarapan aku dan tante ngobrol-ngobrol bareng sambil nonton TV lagi. Siangnya aku diajakin nemenin tante belanja di supermarket dekat rumah. Sehabis belanja banyak, tanteku tidur siang dan aku ke kamar buat mainan game di laptop yang biasa aku bawa. Ga lama maen game, bete juga pikirku. Trus aku cari aja film bokep koleksiku hasil dari download dan dapet dari temen-temen kampus. Ada yang indo, asia, sampe bule-bule. Kurang lebih sejam aku nonton sendirian pake headphone biar suaranya ga kedengeran kemana-mana, sampe burungku bolak-balik mengeras. Hehehhe� Tau-tau tanteku masuk ke kamarku, katanya aku dari tadi dipanggil-panggil tapi ga ngejawab, jadi tanteku langsung masuk saja ke kamarku. Aduhh� ketahuan deh aku lagi nonton bokeps, tante langsung mendekat ke aku, dan bilang, �kamu ya ndi, nonton sendirian aja.. bagi - bagi tante dong !! � Aku agak ga enak, aku pikir tante mau marah ke aku, tapi habis itu, aku diminta buat nonton bareng saja di kamar tante. Trus kami berdua nonton film bokep bareng di kamar tante yang lumayan besar. Ga lama nonton, tanteku lansung megang guling. Kayaknya tanteku ini udah teransang.. tingkahnya jadi aneh banget.. Aku jadi ga enak, sambil senyum-senyum aku nonton, trus tanteku yang ngelihatku langsung nyubit aku, kenapa senyum-senyum sendiri.. 

Lama nonton, udah sekitar 1 jam-an, tanteku rupanya sudah ga tahan.. trus nanya ke aku, �Ndi, punyamu segede itu ga ? � Aku jadi deg-degan, tau-tau tante nanya-nanya anuku. Aku cuman senyum aja, tapi Mukaku jadi memerah.. trus tanteku bilang, �Gapapa, jangan merah gitu dong mukanya, biasa aja.. Kan tante cuman nanya, tuh jadi tegang kan tititnya ? hihihi�.� kata tante. �Engga papa tante, kan malu kan masa� diliatin tante..??� Jawabku. �Yah, cemen.. ngeliat aja ga boleh apalagi gituan.. ?? Andi emang udah punya pacar blom sih ?? � tanya tante � ya udah do.. dooong tante � jawabku gugup. Trus tante balik ngejawab �Belum punya pacar ya.. ?? masih perjaka dong !! hhiihii.. Apa kau mau 
liat punya tante dulu nih ??�.. tante langsung berdiri dan sambil ngangkat roknya, ngelepas celana dalemnya. Trus ngeliatin semuanya ke aku.. �Nih punya tante.. masih bagus kan ??� jawab tante. Aku jadi malu, tapi tetep aja aku liatin,.. Kesempatan kan ga dateng dua kali.. Memeknya keliatan merah dan agak basah, mungkin karena terangsang nonton film tadi. Jembutnya lumayan lebat tapi rapih, mungkin karena sering dicukur dan dirapihin kali. Aku gugup banget, baru kali ini liat punya cewe secara langsung.. aduh rasanya jantungku ini berdegub kencang !!. Kontolku jadi makin mengeras karena terangsang.. Ga lama langsung kupelorotin celana dan CD ku langsung sehingga tante Silvi ngelihat langsung kontolku yang sudah menegang kayak rudal. �Nah gitu dong jangan malu-malu.. ga Gentel kalo masih malu-malu gitu.. Tititmu lumayan gede juga ya.. sama kaya punya suami tante.. hehehe.. bulunya ga pernah dicukur ya Ndi ?? Kok semrawut gitu ?? .. Aku pegang ya ndi� kata tante. �Iiii ya tante,.. emang ga pernah aku cukur.. blom ada yang mau nyukurin sih tante.. Aku elus ya punya tante..� kataku, aku jadi ga gugup lagi. Tanteku langsung membuka baju dan roknya, kemudian mbuka BHnya .. �Aku jadi kagum ama tante, punya tante bagus ya.. aku mau jilatin nenennya ya..� Aku langsung saja ngejilatin abis nenenya gantian kiri dan kanan.. ukurannya lumayan gede, 36B. Aku semakin terangsang karena tante silvi terus saja ngelus-elus batang kemaluanku. Sambil ngulum abis toketnya, tanganku ga henti-hentinya ngelus-elus memek tanteku yang emang alus banget, dan bulu-bulunya sering aku tarik-tarik.. �Jangan ditarik dong sayang, kan atit.. � Kata tante. �tapi enak kan tante.. � jawabku. Kuubahkan posisiku, lalu aku jilatin memeknya yang kemerahan itu, trus aku tarik-tarik bulu jembut ya, aku buka belahan memeknya, ternyata itilnya gede juga, merah gitu. Langsung saja aku jilatin itilnya sampe sampe tante silvi menggelinjang keenakan. Ga lama kemudian aku masukin jari ku ke vaginanya. Kukocok -kocok sampe keluar airnya, Tanteku makin keenakan.. �Ochh� ohh..uhhhh�� Kemudian aku mainin itilnya pake lidah, kepalaku langsug dijepit pahanya, karena tanteku kegelian. ga lama kemudian, �Tante mau pipis nih.. adhuuhhh� adhuuh..� kata tante. Trus aku bilang saja �ya pipis aja disini gapapa tante.. � jawabku. �Aahhhhh.. uuuhhhhh� enaaakkkk� nghhhhhhhh� suara tanteku yang mendesah-desah. trus tanteku pipis karena orgasme yangsangat amat.. karena keluar air banyak banget.. sampe netes-netes. Abis itu gantian, kontolku yang dikocok abis dan dikulum-kulum, ga berapa lama, cuma hanya 3 menit aku langsung ngecrot.. �Adhuhh tante .. kena muka tante deh.. maaf ya..� Tanteku senyum-senyum dan berterima kasih.. Ga lama kemudian HP tanteku bunyi, rupanya suaminya dari kalimantan nelfon. Aku buru-buru pake celana dan ke kamar mandi.

Selesai dari kamar mandi aku langsung duduk di depan sofa sambil nonton TV. Ga lama tante Silvi teriak dari kamar mau ambil handuk buat mandi �handuk putih tante dimana ya ? �. Rupanya dari tadi suaminya nelfonin. Mudah-mudahan saja ga terjadi nanya apa-apa deh. �Oh di jemur di belakang tante.. aku ambilin apa ??� jawabku. Tau-tau tante Silvi dengan masih telanjang bulat keluar dari kamarnya menuju belakang rumah. Aku heran ama tante, kok ga malu yaa, mungkin udah nanggung kali.. gapapa deh pikirku, lumayan ada pemandangan. heheheh� Tante langsung menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Malam pun berlalu, aku pun kemudian tidur. Demikian juga dengan tante Silvi juga tidur sehabis mandi.

Hari Minggu pagi, aku bangun dari tidur dan masih terbayang-bayang memek tanteku yang legit banget.. Waktu aku mau mandi, kran di kamar mandi rusak, jadi aku ketok-ketok pintu kamar tanteku buat numpang mandi. Tante Silvi cuman bilang saja langsung masuk karena ga dikunci. Aku langsung menuju 
kamar mandi di dalam kamar tante Silvi. Belum lama aku mandi, tau-tau tante Silvi ketok-ketok pintu toilet, �Ndi, buka bentar dong..� kata tante. Aku yang lagi nanggung mandi langsung berhenti buka pintu sedikit sambil ngeluarin kepala doang, karena masih telanjang. Tante Silvi tiba-tiba aja masuk ke dalam dan bilang �Tante kebelet pipis nih.. mau liat tante pipis ga ??, semalem tante tidur ga pake CD soalnya jadi udah kebelet pengen keluar jadi ga bisa ditahan.. daripada pipis di kasur, ntar kan repot..!!� jawab tante sambil ngebuka piyamanya langsung duduk di closet. � Nih liat punya tante lagi pipis.. lucu yaa.. Itil tante gede ga sayang ??� canda tante. Aku langsung terangsang.. kontolku langsung bangun, dan tante ngeliatin aja sampe pipisnya abis. Aku bener-bener deg-degan. Sesudah selesai pipis, tanteku langsung megang kedua tanganku, dan tanganku ditempelkannya ke memeknya. �Ayo kita mandi bareng sayang.. ntar sekalian bulu jembut kamu tante rapihin.. kamu juga ntar gantian ya cukurin jembut tante.. kali ini tante pengen ga ada jembutnya.. yah.. yahh.. � ajak tante. Langsung saja aku jawab �Iya tanteku sayang..�. 

Aku ngelus-elus toket dan memek tante Silvi yang udah telanjang bulat, demikian juga tante Silvi ngocok-ngocok kontolku yang dari tadi sudah ngaceng. Setelah elus-elusan, tante ngambil alat cukur yang biasa buat nyukur jembutnya. �Sayang, tante cukur ya.. mau model kayak gimana ?? kalo tante pengennya kamu, hmmmm.. dicukur abis aja yah sayang.. biar enak.. ntar punya tante dicukur abis 
juga.. OK ??� kata tante Silvi. � iya deh apa aja tante.. yang penting enak buat gituan..� kataku.. �Looh.. kamu ngajakin tante gituan yaa ?? gituan apa hayoo ?? kamu pengen ML ama tante ya ?? nakal ya kamu sekarang� nanti saya sentil tititnya loohh..� canda tante. �Hehehehe..� jawabku singkat. Ga lama tante nyukurin abis jembutku yang tadinya gondrong, sekarang jadi alus ga ada bulunya sama sekali. �sekarang gantian yah sayang.. Memek tante udah gatel nih udha pengen dicukur.. Cukurnya hati-hati ya.. jangan sampe punya tante lecet.. Kalo lecet ntar ga dapet jatah kamu..!!� ancam tante. �Sebelum dicukur aku gesek-gesekin penisku ke itilnya tante yah.. biar ga kaget.. � kontolku yang lagi ngaceng kutempelin ke itilnya tante Silvi, tante Silvi merem melek keenakan. �Punya tante itilnya yang gede, dadi enak buat mainan nih.. �. akuku. Trus aku langsung cukur jembut tante Silvi pelan pelan.. sesekali aku jilatin biar ga bosen.. tanteku kayaknya seneng banget.. sekarang memek tante udah ga ada bulunya sama sekali. Putih bersih dan aku bersihin pake sabun sirih, biar wangi.. jadinya memek tante silvi lucu, nongol itilnya dikit.. aku jadi makin terangsang saja. Abis itu aku dan tante silvi mandi bareng pake shower sambil ciuman pelukan sesekali aku kocok-kocok memek tante pake jari pas mandi. �uhh.. enak banget tante.. romantis .. tante emang ga ada duanya � akuku. Jadinya aku mandi lama banget sampe ga kerasa lama banget. Abis mandi kami berdua keluar tanpa busana lanjutin ML di kasur kamar tante silvi. Langsung aku rebahin tante silvi, kemudian aku kangkangin kakinya, aku jilatin memeknya yang baru dicukur.. tante silvi mendesah-desah keenakan, kuremasremas toketnya sampe kenceng dua-duanya. Benar-benar pagi yang indah.. �Ayo dong masukin � masa cuma coli aja ??� ajak tante buru-buru. Rupanya tanteku ini udah gak tahan. Aku langsung genjot.. masukin kontolku ke memek tante silvi. Rupanya masih keset.. baru separo panjang kontolku juga masih keset, trus aku masukin sampe abis.. goyangan tante silvi bagai goyang gergaji dewi persik sehingga bikin aku keenakan bagai di surga dunia. enak tante.. ahhh.. uhhh..aaghhh�.plok.. plokk�. ga lama, tante sudah pengen keluar.. crtt..ccrtt.. ppsss� keluarlah air kenikmatan dari memek tante yang semakin berdenyut-denyut ngenyot kontolku.. �hangattt.. enakkk..� kata tante. Aku ganti posisiku di bawah, tante silvi dengan goyangannya mengocok kontolku. Ga berapa lama, aku udah mau keluar. �Tante.. aku mau pipis nih.. di dalem apa di luar ?? ahh ahh..� � �Ntar tunggu bentar tante juga mau pipis.. ahhh.. uhhh..aggghhhrrr� ahhhh.. uuhhhhhh�. mmgghhhhh�mmhmhmhhhhh nih tante mau pipis.. Ayo sayang kita pipis bareng..� crrooot.. croottt� ssooorrr pssss� agghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh�.. �� aku dan tante silvi orgasme bareng.. Langung aku peluk dan cium tante silvi erat-erat.. dan ga aku lepasin dulu kontolku dari memek tanteku.


Ngentot Tante Ida

---http://wija.jw.lt--- gudang cerita xxx ---
 
Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun.

 


Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.

Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.

Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.

�Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,� pikirku.

TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba�

�Anton.. apa yang kamu lakukan!!� teriak sebuah suara yang aku kenal.

�Ooooohh� Tante�?!� aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.

�Eeeehhhh� ppppffffff�!!! badan tante Ida seketika
mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia
sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai
memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas�.

�Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu�!!! Cepat lepas� nanti kulaporkan kau ke om mu�� teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.

Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.

Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.

Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.

Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi�

�Tooonnnn� aaammmpuunn� Toonnnnn� iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!�

Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.

�Iiiiiiiiii�..ooohhhhhhh�..aaaagggghh
hhhhh��..ssssshhhhhhh��..Toooonnnnn��! !!!!� akibat perlakuanku itu,
kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang
mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin
memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan
kuat dan��..

�Aaaahhhhhh..Toooonnnn�jaaa..jaaa
angaaannn�.Tooonnnn��iiii�ngaaaatttt..Tooo nnn�
oooohhhhhhh����aaaaaggggghhh�aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh�!!!!!�
akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,
serta kedua tangannya mendekap punggung ku�.Seerrr.. cairan kewanitaan
tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.

Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.

Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung.

Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya�

�Oooohhhh�.Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini��.?????�

�Eeeehhmmm�maafkan Anton tante�.Anton lupa diri�.abis tante tadi masuk
tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks�.salah tante sendiri
sihhh��.lagi pula�tante amat cantik sihhh�..!!!!!!� sahutku mencari-cari
alasan sekenanya.

Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih
menggenggam penisku katanya lagi..

�Tooonnnn�..punya kamu gede amat yaaaa�????. Punya Om mu nggak sampai
segede ini..!!�

�Aaahhhhh, tante�apa betull�?????!� memang penis ku panjangnya 20
cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi
sangat bernafsu begini.

Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai
memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan
tante Ida tak mau lepas dari situ.

�Taaannnnn�., kok diiiii�..dii�diamin aja, dikocok dong, Taannn�. biar
enaaakkk�.!!!!�

�Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja�.aaaaggghhh�.!!!�, perlahan-lahan kedua
tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan
sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua
tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai
menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku
menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang
kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang
terlewat dari sapuan lidahnya.

Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk.
Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan
dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi
sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida
mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin
mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar.
Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.

�Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo
keluar,��.aaauuugghhhh�..taaannnn..!!!!!!!�

Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu
menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya
semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar
tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi.
Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya
hingga bersih.

Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur,
sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti
rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas
tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam
keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan
yang sayu dan terlihat pasrah.

Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan
aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar
kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.

Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya,
sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina
tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan
ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan
diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala
penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida.

Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang
kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku,
kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat�

�Oooooohhhhhh� Toooonnnn� bee.. beeeesaaarrrr
aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan� pee laaan� Tooooonnnnn� ooooohhhhh..!!!!!� tante Ida merintih perlahan.

Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam� terus� terus�. ooohhhhhh� eeeenna aaak� benaaarrrr� terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku.

Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini�..

�Taaaaannnnn��ooohhhhhh�..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk�taannnnn�.!!!!�

Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.

Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku
terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam�.. dalam�.. terus��
terus�.. daannnn�.. �.kemudian��ujung kepala penisku terasa mentok,
karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba
menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya
memompa keluar masuk.

Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun
yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan
sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida
terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam
dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida
bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisku
dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.

Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot
penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.

�Aaaaaaddduuuuuhhhhh�.Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg..
hhaa..hhaa�Toooonn �taaannnn�teeeee�maaa�. Maaauuuu�keee�
keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn�!!!!!!!.�

Dan�.. Seeeeerrrr�..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.

Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.

Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang
ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan
ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot
penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang
berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya
selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan
tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.
�Aaaaaauuddddduuhhhh� taaannnnnn� teeeee� oooooohhhhh�..!!!!� keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan
�croott.. croott�.croooootttt�.semburan..maniku menyemprot dengan kuat,
mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian
badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara
kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan
sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja
berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

�Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!� kataku dengan manja.

�Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga�..!!!!�

�Iiihhhhh�tante�..tapi tante senang juga�.kaannnn �..????�

�Iya.. siiihhh�.!!!!!� kata tante Ida malu-malu.

Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.



Kakak Kelasku Nina dan Ibu Kostnya
(by: Deny Doank) 

 

Ini adalah kisah pengalamanku yang akan saya bagikan pada pembaca slank.wen.ru. Sebut saja namaku Dany, aku sendiri tinggal di Bandung, dan sedang kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung. Untuk sekedar informasi saat ini usiaku sudah 25 tahun, tinggi badan 170/60. Aq adalah orang yang sangat suka dengan sex, hayalanku tentang sex sangat luar biasa. Dan aq lebih senang dengan wanita yang lebih tua dariku.

Kejadiannya bermula ketika aq bertemu dengan kakak kelasku yang beda jurusan namanya nina, orang jawa, orangnya manis. Awalnya kami hanya cerita tentang masalah kuliah, entah siapa yang memulai akhirnya kami cerita tentang sex. Nina cerita panjang lebar dengan pengalamannya tentang sex, sampai aq terangsang dibuatnya, mungkin karena nina sudah berpengalaman dia tau bahwa saya sudah terangsang. �Kamu pengen nyoba ga?� katanya, �Emang kamu mau� kataku. Kami memutuskan untuk pergi ke kosanku, sesampainya di kosan nina sudah tidak sabar lagi dia menyuruh saya untuk mengunci pintu, belum juga aq selesai menutup pintu nina langsung melumat bibirku, dan aq balas dengan lembut. Setelah beberapa menit dia menghentikan lumatanya dan dia memintaku untuk tiduran. Kembali aq melumat bibirnya, sambil tanganku berusaha membuka kaos yang dipakainya, aq sangat bernafsu ketika melihan payudarahnya, tanpa susa aq langsung membuka kaitan BHnya dan terpangpang jelaslah di hadapanku payudarahnya (ukuranya kira2 34C). Aq langsung mencium dan menghisapnya secara bergantian, tubuhnya semakin tidak karuan.

Nina langsung mendorongku dan dia duduk, dia berusaha untuk membuka pakaianku dan akhirnya aq sudah telanjang bulat. Dia semakin bernafsu diraihnya burungku untuk sementara di kocoknya dan langsung dimasukkan kedalam mulutnya, hampir saja spermaku keluar, karena aq tidak ingin spermaku keluar, aq tarik kepalanya keatas. Aq kembali duduk dan melucuti celana jins yang dia kenakan, di saat saya berusaha menarik celana dalamnya dia berusaha menolak dan berkata �Kamu mau bertanggung jawab say?�, aq terdiam sejenak memikirkan pertanyaanya, karena nafsuku sudah di ubun-ubun akhinya aq jawab �ya aq mau bertanggung jawab jika nanti kamu hamil�. Nina langsung mencium kening saya dan kedua mata saya, lalu dia berkata �Terserah mau kamu apakan saya say� serasa angin segar aq langsung membuka celana dalamnya, aq terdiam sejenak memperhatikan memeknya (sekedar informasi memeknya tembem dan ditumbuhi bulu-bulu yang masih halus). Tanpa pikir panjang aq langsung mencium dan menjilatnya, dan tangan saya asik meremas kedua payudarahnya.
Mungkin karena dia sudah klimaks, dia langsung menindih saya dan mengarahkan memeknya ke burungku. Aq merasa kesakitan disaat kepala burungku mulai masuk ke memeknya, mungkin karena aq masih perjaka dan dia masih perawan. Nina berusaha keras untuk memasukkan burungku ke memeknya, sekitar 5 menit burungku sudah masuk semua kedalam memeknya, aq suruh dia untuk mendiamkan burungku didalam memeknya agar aq dapat merasakan kedutan memeknya. Lalu aq menindihnya dan menggesek-gesekkan burungku di memeknya lalu ia menahan pinggulku sehingga menghentikan genjotanku.
Lalu ia berkata, "Masukin aja say...." katanya sambil menunjuk memeknya.
Maka segera saja aku mengambil posisi siap tembak. Lalu pelan-pelan Nina mengarahkan kontolku ke memeknya. Aku dapat merasakan betapa sempit dan hangatnya vagina Nina.
"Pelan pelan ya say.... sakit.."  "Soalnya punya kamu gede.."
Lalu aq bisikkan di telinganya�iya say jangan kwatir��

Aq melakukan gerakan naik turun dengan sangat pelan, agar dia tidak merasa kesakitan dan aku kembali bertanya.. "Gimana sekarang udah Enak� ?" Lalu ia menjawab, "Iya Ee..nak bangat say.." karena dia sudah mulai keenakan maka aq mempercepat gerakan naik turunya. Aku genjot terus sampai kira kira lima belas menit saat mau keluar tiba tiba ia berbisik�"Keluarin di dalam aja ya say..." mendengar perkataanya aq semakin bernafsu, dan akhirnya croot, croot, croot. Kami saling berpelukan dan akhirnya tertidur.
Setelah kejadian itu hampir setiap minggu kami melakukannya, kadang di kosanku dan kadang di kosannya. Setelah minggu ke empat dia menelpon aq dan meminta aq untuk datang ke kosanya, di pikiranku �dia pasti mengajakku untuk bercinta�. Sesampainya dikosanya dia mengatakan bahwa �Ibu kostnya ingin mencobaku� aq kaget dibuatnya dan bertanya �dari mana ibu kost tau?� akhirnya dia mengatakan bahwa dia telah menceritakan persetubuhan kami pada ibu kostnya. Dia bertanya �say kmu mau apa tidak???� aq terdiam sejenak dan mengatakan �Bersedia� tapi dengan syarat nina tetap harus melayani aq.

Pendek cerita aq berangkat dengan ibu kostnya menuju hotel melati yang ada di daerah kelapa di pusat kota bandung. (sekedar informasi ibu kostnya namanya Rini, usia sekitar 38 tahun) Setelah check-in, segera aq dan ibu rini masuk ke kamar yang telah ditentukan.
"Rini, ingin mencoba kamu say, Rini ga tahan mendengar cerita Nina", kata ibu Rini sambil memelukku erat setelah di dalam kamar.
"Saya juga ingin merasakan memek Rini..", kataku sambil mengecup bibirnya.
"Mm.. Mmhh..", gumam Rini sambil melumat bibirku sementara tangannya langsung masuk ke dalam celanaku, lalu masuk lagi ke celana dalam.
"Ohh.. Enak,...", bisikku ke telinganya sambil meremas buah dadanya yang besar. lalu Rini menurunkan celanaku dan memerosotkannya hingga lepas.
Akupun segera melepas kaos yang kupakai dan celana dalam yang sudah menggembung. Sementara Rini juga sama melepas semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Aq memeluk tubuhnya. Burungku yang sudah tegang dan tegak menyentuh-nyentuh bulu memek dan perutnya. Ibu Rini memegang dan mengocok burungku. Lama kami berciuman sambil saling usap, saling raba, saling remas.

"Ohh.. Mmhh..", desah Ibu rini ketika tanganku mengusap belahan memeknya lalu jariku masuk ke lubang memeknya yang sudah sangat basah.
" Oohh..", desah Ibu Rini makin keras ketika aku menurunkan kepala ke dadanya lalu kujilati puting susunya bergantian sembari tangan dan jariku masih tetap memainkan memeknya.
"Say�.. Rini sudah tidak kuat lagiihh..", bisik ibu rini sambil menggerakan pinggulnya seiring tusukan jariku ke memeknya.
"Setubuhi ibu sekarang say....", pintanya lirih sambil melepaskan diri dari pelukanku lalu dia berbaring di ranjang. Aku tersenyum, lalu aku pun segera naik ke atas ranjang dan kunaiki tubuh telanjangnya.
"Ayo lekas lakukan, say..", katanya sambil meraih burungku lalu diarahkan ke lubang memeknya. "Sabar donk bu.. jangan buru-buru�..", kataku sambil tersenyum lalu kukecup bibirnya, kemudian kutekan burungku perlahan sampai akhirnya masuk semua ke dalam memeknya.
"Ohh.. Shh.. Enakk, say..", desah ibu rini sambil menggoyang pinggulnya.
"Ibu sudah tidak sabar lagi karena sudah lama tidak mendapatkan kenikmatan�", bisik Ibu rini.
"Ohh.. Nikmat sekali, sayy..", desah kenikmatan keluar dari mulutnya. "Setubuhi lebih cepat, say..", pintanya sambil mencengkram tubuhku erat.

"Ohh.. Ohh.. Ibu mau keluarr.. Ohh..", lenguhan panjang terdengar dari mulut ibu rini sambil memejamkan matanya. Serr! Serr! Lendir birahi ibu rini menyembur disertai dekapan yang sangat erat di tubuhku.
"Say.. Nikmat sekalii..", desah ibu rini sambil badannya terkulai lemas.
Aku tersenyum melihat ibu rini memejamkan matanya karena kenikmatan yang tiada tara.
"Bu, balikkan badannya dong..", pintaku sambil mencabut burungku dari memeknya.
Ibu rini menuruti apa permintaanku. Dia tengkurap sambil membuka kakinya agak lebar sehingga memeknya tampak merekah merangsang. Lalu kuarahkan burungku ke lubang memeknya kemudian kutekan hingga masuk semua.
"Mmhh.. Enak sekali, Bu..", kataku sambil mengeluar masukkan burungku di memeknya.
Aku terus mengeluar masukkan burungku sambil meremas-remas bongkahan pantatnya yang besar dan bulat. Sesekali kusentuh lubang pantatnya dengan jariku.
Tak lama kurasakan sesuatu yang ingin menyembur dari burungku. Kupercepat gerakan burungku sambil menikmati perasaan nyaman yang mulai meningkat.
"Saya mau keluar, bu..", kataku serak.
"Keluarkan di memek ibu  aja.. Biar enak..", kata ibu rini.
Croott! Crott! Croott! Air maniku menyembur banyak di dalam memek Ibu rini. Kutekan burungku dalam-dalam ke memeknya. Terasa kontolku berdenyut-denyut nikmat. Kudekap ibu rini dari belakang tanpa melepas burungku dari lubang memeknya.
"Nikmat sekali, Bu.. Memek ibu masih nikmat..", pujiku.

Setelah beres-beres, aku dan ibu rini segera keluar dari hotel tersebut. Kulihat wajah ibu rini sangat cerah dan ceria. Sangat jauh berbeda dari pada saat sebelum kami bersetubuh lebih dari 1 jam yang lalu. Setelah sampai dikosan, Nina bertanya tentang apa yang telah kami lakukan, setelah mendengar cerita saya dia meminta agar saya memuaskannya juga. Tanpa bisa aq tolak akhirnya aq memberikan kepuasan buat dia.
Setelah kejadian itu aq semakin sering melakukan hubungan badan, kadang dengan orang-orang yang sudah berkeluarga dan kadang dengan teman-teman Nina. Nina selalu mencari orang-orang yang haus sex untuk aq layani, semua itu aq lakukan dengan tanpa bayaran, sebab aq juga menikmatinya. Tetapi sekarang nina telah tunangan dan telah pulang ke jakarta.


Narasumberku Yang Cantik
(by: rooney_eve@yahoo.com) 

 

Hidup memang penuh kejutan. Paling tidak aku sudah membuktikan itu. Perkenalkan, namaku Ronny, usia 28 tahun, tingi 170 berat 68 kg. Saat ini pekerjaan saya adalah wartawan muda di sebuah majalah ternama Ibukota. Lazimnya wartawan, sudah pasti aku memiliki banyak relasi. Tidak sedikit dari mereka adalah bos-bos di perusahaan ternama. Sebagai wartawan sudah pasti aku dituntut untuk bisa menaklukkan berbagai karakter dan persona setiap narasumberku. 

Maklum, dengan kedekatan itu aku bisa mendapatkan berita ekslusif yang memang menjadi spesialisasiku. Nah, diantara banyak sumberku tadi tersebutlah nama Wita, seorang country manager sebuah Bank asing di Jakarta. Sebagai gambaran dari narasumberku ini. Usianya sekitar 36 tahun, dikaruniai 2 orang putra. Tingginya sekitar 165 cm dengan berat 57. Bodinya lumayan bagus, maklum rutin fitness dengan payudara kuperkirakan 34B. 

Oh ya, perkenalanku dengan Mbak Wita, begitu aku menyebutnya, sudah berlangsung 4 tahun lebih. Awalnya, sudah pasti secara kebetulan. Ketika itu, Bank tempat Mbak Wita bekerja menggelar jumpa pers. Pada saat yang sama aku ditugasin oleh pimpinanku untuk meliput acara itu. Kloplah! singkat kata sejak pertemua itu yang diakhiri dengan tukar menukar kartu nama, aku berkenalan dengan Mbak Wita. 

"Ron Met ketemu lagi ya, tolong beritanya yang bagus," begitu Mbak Wita mengikhiri langkaku meninggalkan Hotel Indonesia. 

Pertemuan kami di HI itu ternyata bukan yang pertama dan terakhir. Setelah perkenalan itu setiap kali Mbak Wita punya acara 
Sudah pasti aku diundangnya. 

"Ron besok datang ya, kami mau launch produk baru," begitu pesan yang sering aku terima lewat SMs dari Mbak Wita. 

Tidak heran, saking dekatnya, kami sering bertukar pendapat. Tidak hanya masalah perkerjaan yang kami diskusikan, dalam beberapa hal aku juga berani untuk menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi. Misalnya menyangkut hubungannya dengan sang suami, Mas Johan hingga cara dia mengelola rumah tangganya. Sebagai bujangan pengalaman itu sudah pasti penting bagiku jika menikah kelak. 

Dari rasa saling percaya itu tidak terasa kedekatan diantara aku dan Mbak Wita sepertinya sudah tidak berjarak. Bahkan tidak jarang, karena aku membutuhkan informasinya, jam 12 malam pun aku menelpon dia jika aku kesulitan memahami sebuah kasus perbankan. Dan untungnya, Mbak Wita dan Mas Johan mengerti kondisi itu. 

Oh, ya aku sendiri juga sudah mengenal Mas Johan sebagai salah satu direktur di perusahaan Sekuritas. Beliapun juga tahu dan tidak keberatan Mbak Wita selalu aku jadikan narasumber. 

"Terima kasih Ron atas kepercayaan kamu pada Wita. Sekarang dia jadi terkenal lo," ujarnya suatu kali ketika kami ber-6 makan malam bersama. 

Sampai suatu kali, dimana hampir sebulan, kami tidak sempat kontak, Mbak Wita menggelar jumpa pers. Sudah pasti akupun datang ke acaranya. 

"Hey apa kabar Ron. Kemana aja, kok lama nggak kontak. Nggak butuh berita nih," ujarnya Kenes. 
"Nggak lah Mbak, masak wartawan kagak butuh berita. Biasalah susah ngatur waktu. Abis banyak kerjaan sih," aku menimpali. 

Seperti biasa setelah acara selesai, akupun beranjak untuk pergi. Namun sebelum pergi, tanpa kuduga Mbak Wita menepuk pundakku. 

"Mau pergi Ron? Sudah cukup nih informasinya?" Mbak wita menyapaku. 
"Iya nih, mau ke tempat lain Mbak, masih ada sumber yang ingin kukejar," aku menjelaskan. 
"Oke kalau begitu. Met jalan dan jangan lupa kontak-kontak ya," katanya lagi. 
"Oke Mbak," ujarku semabri ngeloyor pergi. 

Pertemuan kami memang tak terhitung. Kadang aku yang mengundang dia untuk sebatas minum kopi dan mengorek informasi darinya. Namun tidak jarang, dia memintaku untuk menemaninya makan siang. Sampai akhirnya tiba-tiba dia menleponku. 

"Bisa ke Restoran biasa Ron. Aku pusing nih, lagi ada masalah," telpon Mbak Wita membuyarkan konsetrasiku yang sedang menyelesaikan tulisan. 
"Emangnya ada apaan Mbak? kataku. 
"Sudah deh, jam 12 aku tunggu," katanya langsung menutup telepon. 

Tak lama berselang, sekitar jam 12.30 aku bertemu Mbak Wita di tempat biasa. 

"Ada apa sih Mbak, emangnya berat baget tuh masalah. Nggak biasanya deh Mbak Wita seperti ini," kataku membuka pembicaraan. 
"Begitulah Ron, aku lagi suntuk dengan Mas Johan. Dia punya simpanan," ujarnya lirih. 
"Ups, aku kaget juga dengan perkataan Mbak Wita. 
"Masak sih Mbak, mungkin Mbak Wita salah dengar. Sudah di kroscek belum?" kataku lagi. 
"Sudah. Aku lihat dengan mataku sendiri Mas Johan bawa cewek ke hotel (X) di Senayan itu. Mereka berdua menginap di kamar 202 kemarin," katanya. 
"Lo, emangnya dia kemana, kok pake nginap segala," sergahku. 
"Katanya sih dia mau ke Singapura. Tapi tak disangka aku bertemu dengannya di hotel itu. Kebetulan aku lagi ada acara." 
" Aku turut prihatin. Mbak yang sabar ya.," kataku. 

Tak terasa bulir-bulir air tampak jatuh dari mata indah Mbak Wita. Secara reflek aku beranikan diri menyeka airmata itu dengan sapu tanganku. Aku usap matanya sambil kubelai rambutnya. Kebetulan saat itu tempat duduk kami memang saling berdekatan. Herannya reaksi Mbak Wita diam saja. Seolah dia menikmati belaianku. 

"Sudah deh Mbak nggak usah bingung. Mungkin ada sesuatu yang salah dalam keluarga Mbak," kataku sedikit lancang. 
"Selama ini baik saja Ron. Mas Johan kalau pulang juga tepat waktu. Hubungan kami tidak ada masalah," Mbak Wita masih tidak percaya dengan ulah suaminya. 

Tak terasa obrolan kami sudah berlangsung hampir 2 jam. 

"Kalau begitu, mungkin lebih baik Mbak Wita pulang aja, siapa tahu dengan berkumpul sama anak-anak pikiran jadi tenang. Ayo aku antar," kataku berusaha menenangkan Mbak Wita. 
"Baiklah Ron, doakan Mbak Kuat ya," ujarnya menimpali. 

Setelah membayar tagihan kami pun melangkah meninggalkan restoran itu. Aku berjalan disamping Mbak Wita menuju tempat parkir. Tak sepatah katapun yang meluncur dari mulut kami saat itu. Raut kesedihan benar-benar tampak dari muka narasumberku ini. Sampai akhirnya di dalam mobil Mbak Wita menyela. 

"Habis ini kamu mau kemana Ron," tanyanya. 
"Wah kebetulan aku DL-deadline-nih. Jadi aku harus balik kantor lagi," kataku. 
"Masak tiap hari kerjanya cuma DL. Wartawan nggak ada istirahatnya apa?" 
"Ya begitulah Mbak, sudah resiko kerja. Tapi aku menikmatinya kok. Soal Libur, mungkin sabtu minggu," kataku menimpali. 

Tak berapa lama, mobil yang kami tumpangi sampai di dekat kompleks Perumahan Mbak Wita. Sebelum masuk kompleks elit itu, mobil mercy keluaran terbaru itu berhenti. 

"Aku turun sini aja Mbak. Nggak enak ntar dilihat orang," kataku. 
"Kamu nggak mampir dulu, Mas Johan nggak ada kok," katanya. 
"Nggak lah Mbak, justru karena Mas Johan nggak itu masalahnya. Ntar Mbak dikira perempuan apaan," kataku. 
"Oke Kalau begitu. Ntar Sabtu kita ketemu ya." 
"Baik Mbak, aku janji deh. Tapi pesanku Mbak jangan berpikir macam-macam. Biarlah kejadian ini jadi pelajaran kita semua. Manusia pasti bisa berbuat salah. Moga saja Mas Johan segera sadar," panjang aku memberi nasehat." 
"Oke sayang, cupp uaahh," tiba-tiba Mbak Wita mencium bibirku. 

Sontak aku kaget bukan kepalang. Beberapa detik aku bengong karenanya. 

"Hey, kenapa kaget ya. Maaf Ron kalau kamu nggak suka," ia melanjutkan. 
"Nggaak Mbak, Nggak pa pa. sudah ya, aku pergi dulu, salam buat anak-anak," 

Akhirnya aku berlalu keluar mobil meninggalkan Mbak Wita. Didalam taksi yang membawaku ke kantor, dibilangan Thamrin, kebingunganku pada ciuman Mbak Wita tetap belum hilang. Tapi ya sudahlah Bodo amat. Toh kerjaanku masih menumpuk, aku mengakhiri lamunanku. 

Tak terasa, hari Sabtu pun tiba. Seperti biasa, setiap Sabtu bangunku pasti molor. Maklum, habis begadang semalaman Dl di kantor. Namun, rasa kantuk yang masih amat sangat itu akhirnya terganggu. HP-ku berdering nyaring. Beberapa kali memang aku biarkan saja. Tapi karena penasaran, aku bankit ke meja kerjaku meraih Nokia kesayanganku itu. 

"Hai met pagi Ron, lagi ngapain," suaranya yang khas langsung membawa otakku menuju wajah Mbak Wita. 
"Bbbaik Mbak," aku sedikit gugup. 
"Lo ada apa nih, tumben wartawan gugup, baru bangun ya," katanya. 
"Iya nih Mbak, semalaman lagi banyak kerjaan. Tapi sekarang sudah kelar kok," aku menimpali. 
"Asyik deh, kita bisa jalan dong," katanya. 
"Kemana?" 
"Ada deh, cepat sono mandi, ntar aku jemput kamu ya jam 10, oke!" ucapnya sembari menutup Hp-nya. 

Sontak aku jadi bingung. Kejutan apa lagi nih yang bakal terjadi? Jangan-jangan aku dijadikan pelarian sama Mbak Wita? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiranku. Tok.. Tok.. Tok! Ronny.. Ronn, suara Mbak Wita memanggilku. 

"Oh Mbak, silakan masuk Mbak. Sorry tadi aku tutup baru selesai mandi nih," kataku sambil membuka pintu. 
Ketika menemui Mbak wita aku masih pakai kaus dalam dan handuk. 
"Bentar ya Mbak, aku ganti baju dulu. Mbak tungu aja di depan, tapi maaf lo rumahnya kotor, maklum bujangan," kataku tentang rumahku yang memang tampak berantakan. 
"Nggak apa-apa Ron yang penting nyaman," celetuknya 

Aku langsung masuk ke kamar dan membuka belitan handukku. Tapi belum sempat memakai celana dalam, tiba-tiba Mbak Wita langsung masuk ke kamarku. 
"Maaf Ron, aku pikir sudah selesai," katanya sambil melirik selangkanganku. 
"Tapi besar juga lo burung kamu," katanya genit. 
Merasa kepalang basah, aku langsung nyeletuk, 
"Emangnya Mbak berminat dengan burungku. Ambil gih kalau mau," kataku memancing birahi Mbak Wita yang kelihatan sekali sudah 
dekat diubun-ubun. 

Mendengar ucapanku wajah Mbak Wita sontak memerah. Tapi tak lama kemudian dia langsung bisa mengendalikan situasi. 

"Kalau kamu mau, kita bisa coba kan?" 

Mbak Wita akhirnya membuka peluangku untuk bercinta dengannya. Tak mau kehilangan waktu, aku langsung tarik tangan Mbak Wita. Mulutnya yang tebal dan seksi itu langsung kulumat habis. Bibir kami saling berpagut dengan ganasnya. Lidah kami saling bermain-main diantara kedua bibir itu. Uhh.. Ron, Mbak Wita mulai mendesah. 

Situasi makin sulit dikendalikan. Tanganku yang sudah "gatal" mulai mempreteli satu persatu kancing baju Mbak Wita. Kait BH-nya pun juga aku lepaskan. Tanganku langsung menggerayangi kedua payudara Mbak wita yang masih tampak sekal. 

"Uhh.. Terus Ronn, Enakk..," kata kata Mbak Wita mulai meracau. 

Nafasnya mulai memburu. Perlahan kubuka seluruh bajunya dan celana panjangnya. Yang tersisa hanya CD hitamnya saja. Lidahku pun mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher.. Perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil.. Turun lagi kebawah, pusarnya kukorek dengan lidahku.. 

Aku sudah tak tahan lagi. Langsung saja CD hitam itu aku tarik ke bawah. Wow!! Aku sempat bengong. Betapa indahnya liang nikmat Mbak Wita. Selangkangan yang putih bersih itu dihiasi rambut hitam yang sungguh lebat. Laiknya jenggot salah satu capres Golkar. Sontak aku langusng menyambangi hutan lebat itu. Lidahku mulai menari-nari mencari liang nikmat. Mbak Wita terus meracau. 

"Uhh teruss Ronn, agak ke bawah dikit.." 

Aku pun langsung menjilati vaginanya. Ketika lidahku menyapu bibir vagina dan klitorisnya Mbak Wita tiba-tiba berteriak, 

"Ahh.." 
" Ronn.. Ayo Ronn.. Kasih aku kenikmatan.. Ayo Ronn cepat sayang.. Bentar lagi aku nyampai," katanya. 

Aku makin mempercepat permainan lidahku. Tak terasa lendir asin mulai kurasakan masuk ke lidahku. Tapi dasar sudah nafsu aku makin kesetanan melahap vagina Mbak Wita. Akhirnya.. 

"Roonn Mbak dapeett nihh.. Aahh," Mbak Wita mendapatkan orgasmenya. 
"Thanks sayang, kamu hebat.. " 

Aku yang masih 'panas' terpaksa berhenti sejenak melihat Mbak Wita yang lunglai itu. Tapi penisku masih tegak menjulang menunggu aksi selanjutnya. Untungnya Mbak Wita segera tanggap. Ia langsung menggeliat dan mulai mengelus burungku. Tak berapa lama mulut tebalnya sudah bermain-main dengan adik kecilku itu. 

"Ohh Mbakk.. Enakk bangeett. Terusin Mbak.. Mulut kamu enak.." ujarku kacau. 

Aksi itu berlangsung lumayan lama. Sampai akhirnya aku tak tahan juga untuk ikut mengerayangi lagi vaginanya dengan jariku. 
Mbak Wita pun langsung melenguh panjang, 

"Ronn.. Aku pengin lagi.." 

Secepat kilat aku langsung ganti posisi 69. Lidahku kembali berputar-putar diujung vaginanya. Sementara Mbak Wita dengan rakusnya melahap separo zakarku. 

"Ohh.. Mbakk aku pengin vaginamu Mbak..," kataku 
"Aku juga Ronn.. Penismu pasti lezat Ronn.. Mbak pengin.. Masukinn sekarang aja.." kata Mbak Wita, teman sekaligus sumber beritaku. 

Mendapat sinyal positif aku langsung bangkit dan mengarahkan batangku ke vagina Mbak Wita. Kuusap sebentar kepala penisku di 
vagina merah nan indah itu. 

"Ohh.. Pelan sayang, punyamu lebih besar dari Mas Johan.." 

Perlahan tapi pasti, aku memasukkukan batang penisku ke dalam liang nikmat itu. Slrup.. Slrup.. Plok.. Plok begitulah bunyi genjotanku ke vagina Mbak Wita. 

"Enakk sayang.. Terusin, aku tak mau berhenti.. Penis kamu enakk," 

Mbak Wita mulai meracau lagi. 

"Vaginamu juga enak Mbak, aku beruntung bisa menikmatinya.. Mbakk aku mau keluar..," setelah 20 menit ujung penisku mulai berkedut. 
"Aku juga sayangg, Tahan bentar kita keluarin bareng ya," Mbak Wita pun ikut memainkan pantatnya. 
Tak lama kemudian, orgasmeku benar-benar-benar tidak bisa ditahan lagi. 
"Mbakk aku sampaii.." 
Croott.. Croott.. Croott 
Semburan spermaku berulangkali memancar di vagina Mbak Wita. 

"Aku dapet juga sayang.. AKu dapat lagi.." hampir bersamaan Mbak Wita menikmati orgasmenya. Vaginanya serasa menjepit batangku. Ueennaakk bangett 
"Ohh.. Mbakk vaginamu enak, boleh ya aku minta lagi," ucapku berbisik sambil mendekapnya. 

Penisku pun masih tetap bersemayam hangat diliang vaginanya. Tak terasa Kami tertidur. Ketika bangun 2 jam berikutnya, kulihat Mbak Wita masih terlelap tanpa sehelai benang pun menutup tubuh indahnya. Oh ya, penisku pun sudah lepas dari sarangnya. 

Hari itu akhirnya kami tidak jadi pergi. Seharian kami hanya bercinta dan bercinta. Jam 4 sore aku sempat keluar cari makan. Setelah itu kami mengulangi perbuatan nikmat itu. Jam 10 malam Mbak Wita pun pamit untuk pulang. 

"Ron makasih ya, kenikmatannya. Kamu hebat, kapan-kapan kamu mau lagi kan sayang," katanya sebelum masuk Mobil. 
"Buat Mbak apa sih yang nggak Ron berikan," kataku. 

Diiringi ciuman dibibirku Mbak Wita lalu masuk mobilnya dan meninggalkanku. Badanku terasa pegal semua, terutama pinggulku yang memang paling berfungsi waktu menggenjot liang Mbak Wita. Tapi bila memikirkan rasanya, seolah rasa pegal itu hilang begitu saja. 

Terbukti, peristiwa itu kembali terulang dan terulang.. Begitulah sekelumit kisah cinta gelapku dengan Mbak Wita, nara sumber sekaligus temanku merengkuh puncak kenikmatan. Sekali tepuk dua pulau kudapat. Sebagai wartawan aku dapat berita, sebagai laki-lagi aku disuguhi nikmatnya vagina perempuan cantik. Hidup memang penuh kejutan dan Indahh! 

E N D

Nikmatnya Dua Irisan Mentimun
(by: dimasayang02@yahoo.com) 

 

Cerita asliku ini adalah cerita yang ke-dua setelah cerita pertamaku yang sudah dimuat di slank.wen.ru dengan judul Ibu Lia dengan Rasa juice melon. Sebenarnya aku punya banyak sekali kisah petualanganku dengan wanita-wanita yang pernah aku cintai. 
Dan yang pasti hampir semua wanita yang aku kencani, biasanya aku gunakan alat atau bahan dari buah-buahan, madu, dan lain-lain. Dan kali ini aku menggunakan dua irisan mentimun. Ini dia kisahku. 

***** 

Pada saat aku bekerja di sebuah perusahaan besar dikawasan kota Denpasar yang bergerak di bidang penjualan mobil-mobil baru kira-kira tiga tahun yang lalu, disanalah aku kenal banyak wanita-wanita cantik yang hampir setiap hari aku jumpai. Mulai dari wanita yang keibuan sampai dengan wanita yang haus akan kebutuhan laki-laki. 

Ketika aku hendak pulang dari kantor, kira-kira pukul 05.00 WITA, datang sepasang suami istri yang bermaksud untuk melihat mobil baru yang dipajang di dalam ruang pameran. Kemudian setelah kami berbincang-bincang agak cukup lama, akhirnya Bapak Lilis dan Ibu Lilis menyepakati untuk membeli satu unit mobil keluaran terbaru dan saya berjanji untuk mengirimkannya pada esok hari. 

Hari Sabtu kira-kira pukul 10.00 WITA, sesuai dengan janji saya untuk mengirimkan satu unit mobil ke Bapak Lilis. Dengan seorang sopir perusahaan, lalu saya bergegas meluncur ke rumah Bapak Lilis. 

"Selamat Pagi.., Bapak Lilis ada..?" tanyaku kepada pembantunya yang membukakan pintu depan rumah Bapak Lilis. 
"Bapak sedang jemput tamunya di Airport. Maaf bapak siapa..?" tanya pembantunya sambil memperhatikan aku. 
"Saya Dimas.. Dari xx Company mau hantarkan Mobil baru untuk Ba..?" belum sempat habis keterangannku kemudian Ibu Lilis datang dari arah tangga rumahnya. 
"Ooh.. Bapak Dimas.. Mari masuk..?" sahut Ibu Lilis mempersilahkan aku masuk ke ruang tamunya. 

Dengan pakaian senam yang masih menempel ditubuh Bu Lia sambil menyeka keringat dengan handuk putihnya nampak sexy sekali dan tampak lebih muda dari usianya. Yang aku perkirakan umurnya tidak lebih dari 32 tahun. Sementara itu pembantunya diberi kode untuk membuatkan aku dan sopirku suguhan orange juice, lalu Ibu Lilis masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaian. 

"Sesuai dengan permintaan Bapak dan Ibu, ini kami kirimkan mobil sesuai dengan warna yang Ibu minta kemarin dan tolong di cek keadaan mobil sekaligus nanti akan saya perkenalkan cara pemakaian berikut dengan garansinya." 

Dengan penuh teliti Ibu Lilis memperhatikan unit mobinya sambil minta pengarahan mengenai spec mobilnya. 

"Dari cara Ibu pegang persenelingnya, nampaknya Ibu sudah berpengalaman naik Mobil. Hanya saja untuk melepas hand rem-nya Ibu tekannya kurang keras. Jadi hand rem-nya nggak bisa turun. Maklum mobil baru Bu..!" jawabku menjawab pertanyaan Ibu Lilis. Yang ternyata jawabanku membuat wajah Ibu Lilis memandangiku serius. 

"Saya merasa nyaman duduk di mobil ini, dan bagaimana kalau saya coba dulu, tapi tolong ditemani ya.. Agak takut juga soalnya mobil baru..?" pinta Ibu Lilis dengan suara khasnya. 
"Jangan khawatir Bu, mobil ini bergaransi tiga tahun dan saya siap menemani Ibu untuk mencobanya." 

Dalam perjalanan mengitari pantai di Kuta akhirnya obrolanku dengan Ibu Lilis semakin akrab. Dan aku menawarkan ke Ibu Lilis untuk membeli variasi dan acesoris untuk mempercantik mobilnya. 

"Nanti mobil ini kan.. Dipakai ibu sendiri.., jadi tinggal tambah sedikit acesoris, saya yakin penampilan Mobil ini sama cantiknya dengan penampilan yang mengendarainya." 

Dengan senyumannya yang susah untuk diartikan akhirnya Ibu Lilis mempertimbangkan penawarannku. Aku berharap Ibu Lilis menyetujui ideku, sebab aku bisa lebih banyak cerita dan mendapat fee dari pembelian acesoris di toko langgananku. 

Seperti biasa kalau pada hari senin biasanya orang-orang malas untuk bekerja, demikian juga denganku. Karena hari minggu kemarin seharian aku di kampung karena ada upacara Agama, dan sangat melelahkan untuk kembali ke Denpasar sebab jarak kampungku dengan tempat aku bekerja di Denpasar cukup jauh. Kira-kira dua jam baru sampai. Dan pada hari senin itu aku mendapat telpon dari temanku dan katanya ada seorang wanita yang nunggu aku di counter. Kemudian aku bergegas turun dari ruanganku di lantai atas. 

"Oh.. Ibu Lilis.. Selamat pagi.. Apa khabar..?" tanyaku kepada Ibu Lilis dengan perasaan kaget dan khawatir. 

Kaget karena Ibu ini tidak menelpon aku terlebih dahulu kalau dia mau ke kantor, dan khawatir kalau mobil yang aku kirim hari Sabtu bermasalah. 

"Baik..!" jawab Ibu Lilis singkat. 
"Bisa saya bantu Bu.." tanyaku ke Ibu Lilis sambil memperhatikan pakaian yang menempel cocok dengan tubuh Ibu Lilis yang seperti foto Model iklan. Sungguh anggun dengan kaca mata merek Versace yang siselipkan diantara rambutnya yang disemir merah keemasan. Wajah yang cantik sesuai dengan pakaian feminim layaknya seperti wanita karir dengan rok mini-nya terlihat jelas bulu halus tertata rapi dikakinya. 

"Begini Pak Dimas.. setelah saya pikir-pikir kemarin mengenai pemasangan dan pembelian acesoris, saya memutuskan untuk mengikuti saran dari Bapak Dimas. Jadi hari ini saya datang kesini untuk menjelaskan itu dan saya berharap kalau Bapak tidak ada jadwal atau acara, biar Bapak Dimas yang mengantarkan saya ke toko variasi langganan Bapak". Pinta Ibu Lilis. 
"Kebetulan hari ini saya tidak ada jadwal, jadi saya siap untuk mengantarkan Ibu. Tapi tolong jangan resmi gitu manggil saya Bapak. Panggil saya Dimas aja Bu.. Ya..?" pintaku kepada Ibu Lilis karena aku merasa risih dipanggil Bapak. Karena umurku masih 30 tahun dan dibawah umur Ibu Lilis. 

Karena cukup lama pemasangan acesoris yang dilakukan oleh sebuah toko variasi, maka kesempatan itu aku pakai ngobrol dengan Ibu Lilis yang aku baru tahu kalau Ibu Lilis mempunyai perasaan yang sama untuk mencapai satu tingkatan arti dari sebuah pertemuan yang membawa aku dan Ibu Lilis ke sebuah episode kisah romantisme yang sulit untuk dilupakan sampai akhir. 

Setelah mobil selesai terpasang, aku dan Ibu Lilis keluar dari toko variasi dan Ibu Lilis mengajakku untuk makan siang bersama di sebuah restoran. Namun aku halangi ke tempat restoran yang Ibu Lilis tunjukkan. 

"Saya punya teman baru buka restoran.. bagaimana kalau kita kesana untuk mencoba menu barunya. Barangkali ada yang istimewa disana..?" kataku sedikit bohong karena restoran yang aku sebutkan diatas adalah restoran dengan hotel yang biasa aku pakai untuk kencan dengan mantan pacarku dulu. 

Selagi makan siang, aku kasih kode kepada waiters untuk memesan kamar. Ketika Ibu Lilis membayar Bill-nya ke Kasir, aku ambil kunci kamar no 102 untuk short time. 

"Bu.. Karena baru jam 02.00 bagaimana kalu kita ngobrol lagi di sebelah restoran ini.?" Tanpa sempat bertanya tangan Ibu Lilis sudah aku gandeng untuk masuk kamar 102. 
"Dimas.. Kamu nakal ya..?" demikian tanya Ibu Lilis. 
"Sedikit Bu.. Tapi asyik kalau kita ngobrol nggak dilihat orang-orang disekitar." jawabku mengalihkan perhatiannya. 

Sambil kusentuh halus jari jemarinya sebab menurut pengalamanku orang yang berbintang virgo seperti Ibu Lilis ini, rangsangan plus-nya ada di telapak tangan selain rangsangan bagian lainnya yang umum dipunyai seorang wanita. 

"Mmmh kamu romantis ya Dim..?" tanya Ibu Lilis mungkin karena rambut yang terurai rapi sebahu itu aku sentuh dengan tanganku lalu aku cium rambutnya yang harum bak kembang setaman yang membuat bibir Ibu Lilis berkata seperti itu. 
"Terus terang aku paling senang memperlakukan wanita seperti ini Bu.. Tanpa dibuat-buat. Walau kadang pendapat orang bilang kalau sudah ketemu wanita cantik pasti nafsunya yang nomer satu. Tapi bagiku, perasaan yang muncul dulu baru nafsu. Sebab dulu aku pernah satu kali ke lokalisasi dengan nafsu namun rasanya hambar. Nikmatnya hanya sekejab. Lain dengan perasaan. Begitu mempesona dan mengasyikkan. Atau.. Ibu mau membedakan mana perasaan dan mana nafsu..?" tanyaku sambil melirik matanya di sela rambut yang tersingkap oleh hembusan angin AC di ruangan 102. 

Ketika pikiran Ibu Lilis masih menerawang jauh, kudekatkan bibirku dengan bibir sensualnya Ibu Lilis dan mulai terasa hangat ketika lidah kami saling sedot dan bermain-main. Kemudian pelan-pelan aku lepas ciumanku untuk mengambil dua irisan mentimun yang aku ambil ketika aku makan siang tadi. Kusuruh Ibu Lilis untuk memejamkan matanya. Agar aku bisa taruh irisan mentimun layaknya seperti orang facial. 

"Setelah saya tutup mata Ibu.. sekarang tolong fokuskan pikiran Ibu kepada satu tujuan dan pikirkan seolah-olah Ibu sedang mandi mengenakan kain sutra tipis di sebuah sungai yang airnya bersih, tenang, dan damai. Disaat Ibu mandi itu.. Pikirkan bahwa ada laki-laki datang [Dimas] menghampiri Ibu berbisik mesra dan mencium leher dan bibir ibu kemudian melepaskan kain sutra yang ibu kenakan [dan aku buka pakiannya], kemudian menjilati seluruh anggota tubuh Ibu satu-demi-satu mulai dari jari kaki Ibu, betis Ibu, paha mulus Ibu, pusar Ibu, puting susu ibu sampai ketitik rangsangan yang paling didamba kaum laki-laki yaitu kemaluan Ibu yang merah delima." 

Seperti ada yang menggerakkan, tubuh Ibu Lilis bergerak halus mengikuti irama jilatanku. 

"Ohh.. Shhshh..?" Suara Ibu Lilis bergairah. 

Dan memang aku sengaja bercerita fantasy seperti itu, Agar permainannya nanti lebih nikmat dan menjiwai. Kemudian kedua kaki Ibu Lilis aku angkat pelan, kuamati gumpalan kecil diantara rambut yang tertata rapi disela selangkangannya, kuautr lidahku agar bisa masuk ke lubang vagina Ibu Lilis, dan terasa sekali bau khas kemaluan wanita yang membuat aku tambah bergairah. Kubiarkan kedua tangan Ibu Lilis meremas rambutku, kubiarkan kedua paha Ibu Lilis menjepit kepalaku pertanda bahwa gairah nafsu Ibu Lilis sudah mulai naik. Hingga mata Ibu Lilis yang masih terpejam dan tertindih irisan mentimun itu dibukanya sendiri. Karena tak kuasa menahan geli. 

"Uhh.. Terus sayang.. Aku menikmatinya..! ohh.. Jangan di lepas..!" Kata Ibu Lilis memintaku untuk tidak melepaskan jilatanku. Kemudian tubuhku aku balik mendekati wajah Ibu Lilis dan tanpa dikomando kemaluanku sudah dipegang tangan kirinya dan dengan gerakan maju mundur mulutnya telah mengulum Penisku yang sudah menegang itu. 

"Auchh.. Sedot terus Bu..? Pintaku dengan nafas mulai nggak teratur. 
"Say.. Please..?" Suara Ibu Lilis penuh gelora nafsu meminta penisku untuk dimasukkan. 

Pelan dan pasti kumasukkan penisku ke lubang vagina Ibu Lilis yang masih rapet. 

"Ochh.. Mmhh..?" desah Ibu Lilis sambil menggigit bibir sensualnya menahan geli. 

Dengan gerakan pelan-cepat-pelan-cepat membuat mata Ibu Lilis merem melek seperti orang kelilipan. Sedikit demi sedikit pantat Ibu Lilis mulai dia goyangkan mengikuti irama gerakanku. Sekali-sekali gerakannya diatur sedemikian rupa sehingga membuat penisku seperti dijepit vaginanya. 

"Ohh.. Sayang.. Aku mau seperti ini terus..?" pinta Ibu lilis sambil mendekap erat tubuhku yang sudah mulai berkeringat. 
"Aku juga..!" kataku menahan geli. 

Aku pompa terus kemaluanku, lalu kumiringkan badanku sehingga tubuhku dan tubuh Ibu Lilis sama-sama miring. Kusuruh tangan kiri Ibu Lilis untuk mengankat dan memegang paha putihnya, kemudian puting susu yang bentuknya seperti belum pernah di sedot orang lain, aku gigit kecil dan kujilati sampai putingnya menegang. Sementara tangan kananku [jari tengah] kumainkan di daerah klitoris kemaluan Ibu Lilis. Terlihat tubuh Ibu lilis bergetar menahan geli yang teramat nikmat. 

"Sayang.. Aku geli sekali.. Seperti.. Ochh!" tidak sempat Ibu Lilis melanjutkan percakapannya karena spermanya keburu muncrat dan membasahi kemaluan dan buah pelirku. 
"Ochh.. Ssshh..!!" suara terakhir Ibu Lilis melepaskan cengkeraman tangannya di bahuku. 
"Seperti apa..?" tanyaku melanjutkan pertanyaan Ibu Lia yang belum sempat Dia jawab karena spermanya keburu keluar. Dan pinggangku dicubitnya genit. 
"Seperti.. Ochh.. Aku geli lagi sayang.. Puasin aku sekali lagi?" pinta Ibu lilis meminta untuk kedua kalinya. 

Dengan gairah yang menggebu-gebu, kuubah-ubah posisiku agar Ibu Lilis nggak merasa bosan. Aku ulangi lagi genjotanku sampai tubuh Ibu Lilis menggeliat seperti cacing kepanasan. Untuk kedua kalinya kulihat tubuh Ibu Lilis seperti orang kejang-kejang. Pantatku ditekannya, sementara bibirnya mendesah sambil menjilati kedua sisi bibirnya yang terbungkus lipstik merah terang. 

"Yang.. Kita keluar sama-sama yuk..?" kata Ibu Lilis. 
"Ya.. Sebentar lagi spermaku mau keluar. Ibu rasakan nggak kontolku semakin menegang.?" jawabku. 
"Oh.. Iya.." sahut ibu Lia sambil melihat kemaluanku dan kemaluan Ibu Lilis yang tengah beradu untuk mencapai titik kenikmatan. 
"Ochh.. Sshh.. Ochh" sengaja kudekatkan desahanku ke telinga ibu lilis. Saat itu juga telinga Ibu Lilis yang bersih, aku gigit nakal dan dengan lidahku aku jilati lubang telinganya sampai kepala Ibu Lilis geleng-geleng kegelian. 
"Auchh.. Ouchh.. Crot.. Crot.. Crot.. Ouchh..!" 
"Uachh.. Gila.. Ouchh.." akhirnya aku dan Ibu Lia sama-sama mengeluarkan sperma yang keluar dari kemaluan kami masing-masing. 

Setelah cukup lama permainan ngesek itu berlangsung, kemudian aku dan Ibu Lilis bergegas meninggalkan kamar hotel yang banyak memberiku pengalaman bercinta. Demikian juga petualanganku dengan Ibu lilis yang terus berlanjut sampai satu tahun, tanpa hambatan berarti.